Pemerintah Harus Perhatikan Siswa Berprestasi Tak Mampu
Wakil Ketua MPR Hj. Melani Leimena Suharli mengatakan Pemerintah Pusat dan Daerah harus mencari solusi bagi
Penulis: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hj. Melani Leimena Suharli mengatakan Pemerintah Pusat dan Daerah harus mencari solusi bagi anak-anak yang mendapat nilai terbaik dalam Ujian Nasional dan yang lolos Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tapi tidak punya kemampuan finansial untuk melanjutkan studinya.
“Pemerintah harus cari solusi, tidak boleh diam. Gubernur harus ambil langkah-langkah nyata untuk menunjukkan sikap tanggung jawabnya. Memberi bantuan kepada mereka adalah penghormatan atas prestasi dan kerja keras mereka,” kata Melani Leimena Suharli usai sosialisasi 4 (Empat) Pilar Berbangsa dan Bernegara kepada anak-anak usia dini dari beragam agama di Bimbangan Belajar (Bimbel) dan PAUD Katalonia di Manggarai Utara, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2013).
Melani mengatakan, pemerintah yang mencarikan solusi, baik dengan menjadi sponsor atau mencarikan sponsor adalah bentuk penghormatan terhadap prestasi yang telah pelajar tunjukkan. Sebaliknya, jika membiarkan kader-kader terbaiknya tersebut, maka hal itu merupakan sikap pengabaian terhadap perjuangan dan kerja keras mereka.
Hasil UN tahun 2013 telah menempatkan Ni Kadek Vani Apriyanti, siswi Kelas XII SMAN 4 Denpasar, Bali sebagai peraih nilai tertinggi se-Indonesia. Vani Apriyanti memperoleh nilai 9.87. Namun, keluarga Vani Apriyanti tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya hingga ke bangku kuliah. Selain Vani Apriyanti, beberapa siswi juga terdaftar dalam 12 besar sebagai peraih nilai terbaik se-Indonesia.
Melani menandaskan, dari hasil perolehan nilai UN dan seleksi UMPTN, menunjukkan bahwa perempuan bukan hanya tidak kalah, bahkan membuktikan dirinya bisa lebih baik dari laki-laki. Oleh karena itu, tidak boleh ada sikap diskriminasi terhadap perempuan.
Saat sosialisasi 4 Pilar Berbangsa dan Bernegara, Melani mengingatkan, pengenalan dan penanaman 4 (empat) pilar berbangsa dan bernegara lebih baik ditanamkan sejak dini (anak-anak). Jika hal itu dilakukan dengan metode yang tepat, dan disertai kemampuan melakukan sosialisasi yang baik, niscaya nilai-nilai Pancasila akan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Sosialisasi dilakukan di depan 50 anak-anak jalanan dari beragam agama di PAUD dan Taman Kanak-kanak Katalonia, Jakarta. Acara sosialisasi ini dihadiri juga orangtua dan masyarakat sekitar.
“Menanamkan nilai-nilai Pancasila dan cinta Indonesia sebaiknya dilakukan sejak masih anak-anak, supaya menjadi kebiasaan yang melekat dalam prilaku sehari-hari,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.