Tua Muda Memburu Peci Khas Uje
Pedagang peci sejak 2004 ini mengaku, semua yang datang ke lapaknya selalu mencari peci khas Uje
Penulis: Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Belasan pedagang yang menggelar dagangannya dalam 40 hari mengenang almarhum ustaz Jeffry Al Buchori menangguk berkah. Dagangan mereka banyak diburu para pengirim doa.
Dari semua pedagang, penjual peci dan foto almarhum banyak yang mendapat untung. Taufik salah satunya. Pedagang peci sejak 2004 ini mengaku, semua yang datang ke lapaknya selalu mencari peci khas Uje.
"Model peci ustaz Jeffry yang ada kuncungnya paling banyak dicari. Rata-rata pembeli sudah tahu model peci Uje. Dari tadi siang sampai sekarang sudah tiga kodi terjual," ujar Taufik kepada Tribun, Minggu (4/6/2013).
Menurut Taufik, dalam bisnis peci memang tren menentukan daya beli pelanggan. Sempat peci model Uje pernah redup. Namun, setelah Uje berdakwah ke sana kemari dengan mengenakan peci yang memiliki kuncung di atasnya, menjadi booming lagi.
"Jadi, kalau orang yang beli datang dan langsung memilih. Mereka enggak usah menanyakan lagi kayak apa topi khas Uje. Awalnya Uje yang mempopulerkan terus turun ke ustaz Solmed. Bedanya, kalau topi Solmed banyak motif, corak kembang," terangnya.
Taufik mengaku harga topi Uje tergantung bahannya. Topi dengan bahan standar dibanderol Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu. Sedang bahan yang bagus dihargai sekitar Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu. Biasanya topi Uje kalau pun bermotif, tak lebih dua warna.
"Uje memberi pengaruh lewat properti yang dipakai. Yang membeli bukan saja anak muda di bawah 30 tahun, tapi ada juga bapak-bapak yang gaul. Tapi rata-rata yang membeli anak muda," terangnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.