Banyak WNI Jadi Calo Manfaatkan Kondisi Buta Huruf TKI di Jeddah
Yenny Wahid, selaku direktur The Wahid Institute, sebuah yayasan yang berkecimpung dalam penyebaran gagasan Islam
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Yenny Wahid, selaku direktur The Wahid Institute, sebuah yayasan yang berkecimpung dalam penyebaran gagasan Islam yang toleran dan cinta damai, menyatakan keprihatinannya atas insiden yang terjadi di Jeddah.
Yenny meminta pemerintah lebih meningkatkan lagi pelayanannya terhadap para TKI dan TKW yang akan mengurus surat izin untuk memperbaiki statusnya dalam rangka kebijakan amnesti yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi.
“Kami menyatakan keprihatinan yang mendalam atas insiden yang telah menelan korban jiwa ini. Kami meminta pemerintah serius mengurus dan memfasilitasi proses pemakaman korban meninggal dan terluka,” jelas Direktur the Wahid Institute, Yenny Zannuba Wahid, Selasa(11/6/2013) malam, seperti tertulis dalam rilis yang diterima redaksi Tribunnews.com, Rabu (12/6/2013).
Pada Minggu lalu, mereka yang sering dijuluki para pahlawan devisa ini tengah mengurus administrasi kebijakan amnesti atau pengampunan yang diberikan pemerintah Arab Saudi dengan tenggat waktu 3 Juli 2013.
Mereka yang melanggar batas ini akan menghadapi hukuman penjara sampai dua tahun dan denda hingga 100.000 riyal, setara Rp 265 juta. Bagi mereka yang tidak mempunyai iqomah atau surat over stay harus segera membuatnya. Untuk mencegah insiden berikutnya, puteri KH. Abdurrahman Wahid ini juga meminta Konsulat. Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Arab Saudi meningkatkan jumlah personil yang memadai, dan dengan layanan yang lebih profesional . Dengan keterbatasan staf KJRI dan banyaknya yang harus dilayani, banyak yang menilai pelayanan KJRI masih sangat jauh dari memadai.
“Pihak KJRI sudah banyak menempel pengumuman tentang syarat-syarat pengajuan SPLP, jam kerja/pelayanan dll, namun kebanyakan para TKI/TKW kita itu buta huruf, sehingga membutuhkan penjelasan langsung. Ketika mereka tidak mendapat penjelasan yang memuaskan, dikarenakan terbatasnya personel KJRI, banyak TKI yang panik dan jadi emosi. Apalagi mereka sudah menunggu selama lebih dari 15 jam, belum bisa masuk ketempat pelayanan” jelas Yenny.
“KJRI juga perlu memberikan layanan di luar gedung KJRI, tempat TKI antre,” usul Yenny. Ini bisa menjadi salah satu solusi agar mereka tak menjadi korban calo yang berkeliaran di luar gedung.
Yenny mendapat informasi bahwa saat ini berkeliaran WNI yang menjadi calo bagi para TKI dan TKW tersebut. “ Praktiknya macam-macam mulai dari menjual formulir pembuatan paspor atau Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) seharga 25 riyal, membantu mengisi formulir seharga 20 riyal, hingga menjual kartu identitas penduduk, surat izin mengemudi atau kartu keluarga palsu
seharga 150 riyal," jelas isteri Dhohir Farisi ini.