Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kenaikan Harga BBM Akan Dimanfaatkan Petualang Politik

Masyarakat melihat dalam gonjang-ganjing paripurna DPR RI untuk memutuskan RAPBN-P itu ternyata ada dusta.

Penulis: Johnson Simanjuntak
zoom-in Kenaikan Harga BBM Akan Dimanfaatkan Petualang Politik
Tribun Jambi/Kurnia Prastowo Adi
Saling dorong antara mahasiswa dengan aparat keamanan terjadi saat digelarnya aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di depan Kantor DPRD Provinsi Jambi, Senin (17/6/2013). Aksi tersebut berakhir ricuh dan satu wartawan dari Trans 7 terluka. Tribun Jambi/Kurnia Prastowo Adi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat melihat dalam gonjang-ganjing paripurna DPR RI untuk memutuskan RAPBN-P itu ternyata ada dusta. Ini bisa menimbulkan ketidakpercayaan pada pemerintah dan parpol, juga kepala daerah.

"Pemerintah dan jajarannya harus siap menghadapi segala kemungkinan itu," kata pengamat politik LIPI Siti Zuhro di Gedung DPD/MPR RI Jakarta, Rabu (19/6/2013).

Siti Zuhro mensinyalir kenaikan harga BBM yang sudah diputus oleh DPR RI ini justru akan dimanfaatkan oleh petualang politik dengan pengusaha untuk kepentingan politik 2014. Karena itu wajar, jika parpol dan DPR RI selalu menggunakan isu-isu kenaikan BBM dan APBN-P menjelang pemilu.

"Padahal langkah itu berbahaya, jika daerah dan kepala daerah menolak kebijakan pusat tersebut atas perintah pusat partai, dan ini justru bisa menimbulkan gejolak sosial serius," katanya.

Pengamat ekonomi dari Econit Hendri Saparini menegaskan jika isu kenaikan harga BBM yang diputus oleh DPR RI itu hanya untuk mencapai target-target politik di 2014. Sebaliknya, tanpa kenaikan BBM, maka target politik partai tak akan tercapai.

Karena itu, isu kenaikan BBM tersebut untuk mendorong perombakan APBN-P. Anehnya dalam perombakan APBN-P tersebut ternyata masih ada utang luar negeri sebesar Rp 80 triliun, sehingga kenaikan BBM tersebut akan makin memberatkan rakyat.

“Perombakan APBN itu juga disebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari 6,3 persen menjadi 6,8 persen, dan investasi dari 6,7 persen menjadi 6,9 persen. Dan, kalau BBM tak dinaikkan maka APBN akan jebol, defisit mencapai Rp 300 triliun, mengurangi subsidi orang kaya, dan sebagainya,” kata Hendri.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas