Permintaan Maaf Tunjukkan Lambannya Kinerja Pembantu SBY
PDI Perjuangan menyesalkan permintaan maaf Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terkait asap di Riau.
Penulis: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDI Perjuangan menyesalkan permintaan maaf Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terkait asap di Riau.
Sekjen PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo mengatakan, SBY tidak perlu tergesa-gesa meminta maaf atas kejadian tersebut.
"Dengan minta maaf, itu menunjukkan kinerja pembantunya enggak benar. Ini memang dilematis bagi presiden. Dengan permintan maaf, otomatis mengakui, dan untuk rakyat itu yang bertanggung jawab adalah pemerintah. Harus ganti rugi," kata Tjahjo di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (25/6/2013).
Tjahjo menyatakan, perlu tim terpadu antara Indonesia-Malaysia-Singapura untuk mengatasi kebakaran hutan.
"Yang penting adalah bagaimana pemerintah cepat memadamkan. Ini kan menunjukkan adanya kesalahan sebuah negara kepada negara lain," ucapnya.
Anggota Komisi I DPR menuturkan, permintaan maaf malah membuktikan pengawasan negara terhadap kebakaran tidak serius.
"Bukan masalah minta maaf, tapi bgaimana upaya pemerintah cepat untuk mengatasi kebakaran itu. Bukan setelah Singapura dan Malaysia konferensi pers, kita terbakar juga untuk konferensi pers," kritiknya.
Kemarin, SBY meminta maaf kepada Singapura dan Malaysia, karena terkena kiriman asap dari kebakaran hutan di Riau dan sekitarnya.
"Saya selaku Presiden Indonesia, meminta maaf dan meminta pengertian saudara-saudara kami di Singapura dan Malaysia," ucap presiden dalam konferensi pers, usai rapat terbatas mengenai kebakaran hutan di wilayah Riau, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (24/6/2013). (*)