Densus Mencari Dinamit yang Hilang
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) menurunkan tim Densus 88 Antiteror Polri untuk memburu pelaku pencurian 250 batang dinamit
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-- Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) menurunkan tim Densus 88 Antiteror Polri untuk memburu pelaku pencurian 250 batang dinamit milik PT Multi Nitroma Kimia (PT MNK).
"Densus ikut bantu kumpulkan fakta di lapangan. Jangan sampai ada peluang digunakan pihak tidak bertangung jawab," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2013).
Namun di sisi lain kepolisian menduga bahwa pelaku pencurian bukan teroris, tetapi penjahat yang bisa melakukan pencurian terhadap truk-truk yang lewat. Kebetulan truk tersebut masuk dalam jalur bajing loncat.
Jajaran Polres, Polda Jawa Barat, Polda Metro Jaya, hingga Mabes Polri dikerahkan untuk dapat mengungkap kasus itu. Hasil penyelidikan sementara, terang Boy, belum mengarah pada kelompok teror.
"Sementara fakta belum ada. Kita tidak bisa under estimate," kata Boy.
Boy mengungkapkan kemungkinan penjahat yang mencuri 250 dinamit tersebut tidak mengetahui bahwa barang yang dicurinya merupakan bahan peledak.
“Bisa saja orang berpikir bila yang diangkut truk tersebut makanan, tapi ternyata barang tersebut bukan bahan makanan, tapi bahan ini tidak bermanfaat,” kata Boy di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2013).
Melihat rute yang digunakan, Boy tidak menampik bahwa ada jalur-jalur rawan bajing loncat. Apalagi truk penganguk bahan peledak tersebut sempat berhenti lama karena mengalami kempes ban sehingga harus menggantinya kemudain baru melanjutkan perjalanan.
“Bisa ada titik-titik kerawanan (bajing loncat). Bisa saja dilakukan saat mobil melaju dengan lambat atau di daerah-daerah dalam kondisi macet, tempat SPBU, saat mobil akan bergerak belum berlari cepat, kemungkinan itu bisa saja terjadi, kita telusuri, termasuk mobil pecah ban dan itu cukup lama berhenti, itu waktu yang didalami kemungkinan pencurian terjadi,” ungkap Boy.
Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin melontarkan kritik atas dugaan awal polisi. "Saya kurang pas, seorang pejabat itu bahasnya tanpa meledak, kalau dinamit memang mudah meledak disetrum. Pemicunya kalau diganti yang lain bisa," kata Hasanuddin di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (28/6/2013).
Selain itu sejak semula, menurut Hasanuddin pengawalan saat membawa dinamit tersebut harus ketat. Sebab, gesekan dan panas bisa memicu meledaknya dinamit tersebut.
"TNT itu sifatnya, ini sangat rawan sekali dan itu harus dengan tertutup bahkan prosedur bak tertutup itu disegel, ketentuan cara membawanya," kata politisi PDIP itu.
Sebelumnya, 250 dinamit hilang dalam perjalanan dari Subang ke Bogor, Jawa Barat. Hilangnya bahan peledak tersebut dimulai dengan diangkutnya amonium nitrat sebanyak 30 ribu kilogram, dinamit 2 000 kilogram, dan detonator listrik 4 000 biji dari gudang PT Multi Nitroma Kimia (PT MNK) dari Subang Jawa Barat ke gudang PT Batu Sarana Persada (PT BSP) yang berada di Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/6/2013) sekitar pukul 14.00 WIB. Tribunnews