Menteri BUMN Diminta Ganti Dirut Merpati
PT. Merpati Nusantara Airlines (MNA) telah carut-marut akibat berbagai kepentingan
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA- Ketua pendiri Inodesia Audiutch Watch (IAW) Junisab Akbar, mengungkapkan sejak zaman orde baru (Orba) PT. Merpati Nusantara Airlines (MNA) telah carut-marut akibat berbagai kepentingan, dan terus merugi. Sebelumnya, Ketua DPR Marzuki Alie pernah mengungkapkan hal yang sama.
"Isu terkait Mandala Nusantara Airlines saat ini sudah jauh dari esensi permasalahan. Dulu merpati diharuskan mengoperasikan CN235, dan harus membelinya melalui beberapa pihak. Diminta mengoperasikan jenis pesawat tertentu oleh pihak pihak. Pada 15 Juli 2012 Meteri BUMN Dahlan Iskan mencopot Sardjono Jhony, Direktur Utama (Dirut) MNA saat itu," kata Junisab dalam pernyataannya kepada Tribunnews.com, Kamis (19/7/2013).
Dijelaskan lagi, pada 2 Februari lalu Menteri BUMN Dahlan Iskan pernah menyatakan, menghargai karyawan Merpati dan meminta agar gajinya dicicil dan asuransinya dibayar agar dapat beroperasi kembali.
Menurut Junisab, pernyataan Dahlan itu seakan hendak menyatakan kepada publik, dengan managemen yang baru maka MNA akan menjadi perusahaan yang sangat menjanjikan.
"Apalagi setelah diadakan penggantian Dirut kemudian jajaran Direksinya, pegawai rendahan MNA pun dinyatakannya sudah pas menjadi 'petarung' di dunia penerbangan," ujar Junisab.
Setelah itu, Junisab menjelaskan, Dahlan mengganti Dirut MNA menjadi Rudi Setyopurnomo, dia melemparkan isu panas yang sangat sensitif, sampai-sampai ribut dengan DPR RI.
"Ternyata tidak terbukti, tuduhan Dahlan Iskan itu hanya isapan jempol belaka. Laporan demi laporan yang "menyesatkan" tanpa data dan fakta dari Direksi MNA diterima begitu saja. Dahlan seperti tak punya mekanisme penyaringan terhadap berita atau "bisikan" yang dia terima," ungkap Junisab.
Mantan anggota DPR RI dari Partai Bintang Reformasi (PBR) ini mengatakan, ini merupakan output dari Dahlan yang terkenal kerap mengelola sesuatu tanpa mekanisme managemen yang sesuai aturan.
"Segala sesuatu rajin disuarakannya, tanpa disinergikan dalam managemen yang benar. Dahlan saat ini menjadi terkenal sebagai orang yang 'sangat rajin' dalam berbicara namun sangat malas mendengarkan orang lain. Dia meminggirkan pola managemen dengan pola sesuka hati," jelas Junisab.
Dahlan, katanya lagi, menganggap dirinya terlalu besar untuk mengelola BUMN yang 'kecil'. Mungkin, terlalu hebat untuk menyelesaikan masalah sederhana seperti MNA.
"Managerial suka-suka Menteri BUMN dalam mengelola kekayaan negara. Itu berbahaya. Banyak politisi dan unsur Pemerintah kerap menjaga diri untuk mengkritik Dahlan karena takut terhadap jaringan medianya," jelasnya.
Kinerja Dahlan sudah diamanatkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. UU itu tidak boleh diabaikan. "Kalau diabaikan menjadi tidak benar," kata dia.
Dengan logika managerial saat ini, katanya lagi, MNA yang sudah semakin minus (dibawah nol) dapat menggambarkan kegagalan managerial Menteri BUMN.
"Seluruh stake holder politik negara yakni DPR dan instrumen pemerintah harus mengembalikan lagi pengelolaan managemen MNA ke titik nol jika tidak bisa kembali ke managerial masa jayanya dahulu (diatas nol). Untuk itu Dahlan Iskan harus legowo mencopot Dirut Merpati Rudy Setyopurnomo," Junisab mengharapkan.