Marzuki Tolak Anggapan Konvensi Karena Ditinggal Anas Urbaningrum
selama ini kader bersifat pasif sebab semuanya menunggu titah Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) sebagai ikon Partai Demokrat
Penulis: Ferdinand Waskita
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Marzuki Alie tidak sependapat dengan pernyataan Hayono Isman. Anggota Dewan Pembina Demokrat itu mengatakan konvensi calon presiden digelar setelah partainya kehilangan Anas Urbaningrum.
"Saya kurang sependapat, konvensi ini justru memberi ruang demokrasi bagi kader untuk menunjukkan kesiapannya ke publik bahwa Demokrat punya capres yang bisa diandalkan," kata Marzuki ketika dikonfirmasi, Jumat (2/8/2013).
Ia mengatakan selama ini kader bersifat pasif sebab semuanya menunggu titah Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) sebagai ikon Partai Demokrat selama ini.
"Beberapa kali SBY meminta kader untuk berkampanye, tapi tidak direspon oleh kader. Makanya ruang ini dibuka agar kader tidak ragu-ragu untuk menyatakan kesiapannya untuk menjadi presiden," ujar Marzuki.
Ketua DPR itu mengatakan usia muda bukan ukuran untuk siap menjadi presiden. Tapi usia muda dengan rekam jejak yang membuktikan kapasitas, kompetensi, karakter, integritas yang diusung sebagai capres.
"Persoalannya belum lazim di Indonesia ini yang bukan Ketum diberi ruang oleh Ketumnya untuk maju sebagai capres, biasanya ruang itu dipakai sendiri oleh Ketumnya," tuturnya.
Marzuki mengatakan Demokrat sadar memiliki banyak kader. Namun apakah kader ini bisa diterima masyarakat. "Maka konvensi ini ujiannya," kata Marzuki.