Saksi: Suara Tembakan Mirip Letusan Petasan
Sang Bintara Tinggi itu tersungkur ke aspal dari sepeda motor dinas Suzuki Smash nopol 2643-31 VII
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Binmas Polsek Metro Cilandak, Aiptu Dwiyatna, ditemukan tewas tergeletak di Jalan Otista, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten pada Rabu (7/8/2013) subuh. Sang Bintara Tinggi itu tersungkur ke aspal dari sepeda motor dinas Suzuki Smash nopol 2643-31 VII, setelah seseorang menembak kepalanya dari belakang.
Aiptu Dwiyatna berangkat dari rumahnya di kawasan Pamulang untuk melakukan salat subuh sekaligus mengikuti kuliah subuh di Masjid Raya Lebak Bulus. Ero (41), warga Kuningan, Jawa Barat yang membuka warung rokok tak jauh dari lokasi penembakan mengatakan kejadian tersebut berlangsung sekitar pukul 04.30 WIB.
Sebelum kejadian, Ero tengah asyik menonton televisi sembari menunggu waktu Imsak tiba, penanda waktu sahur berakhir. Tiba-tiba kemudian dikejutkan suara letusan satu kali.
"Suaranya seperti suara petasan, lalu ada suara sepeda motor jatuh. Saya sempat kaget, pas saya tengok, saya lihat ada orang tergeletak di tengah jalan," kata Ero, saksi mata.
Saat itu suasana lalu-lintas memang tengah sepi, karena hari itu adalah satu hari menjelang hari raya Idul Fitri, dan hujan telah mengguyur kawasan Ciputat sejak pukul 03.00 WIB.
Ero yang sempat diperiksa Polres Metro Jakarta Selatan sebagai saksi mengatakan sang korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Sari Asih, yang cuma berjarak sekitar sepuluh meter dari lokasi penembakan.
Kata dia sejumlah petugas medis rumah sakit mendatangi korban sembari membawa tandu. Namun sayangnya nyawa sang Aiptu tidak terselamatkan lagi, sekitar pukul 05.30 WIB, Aiptu Dwiyatna menghembuskan nafas terakhirnya.
Saat kejadian Ero tidak mendengar ada suara kendaraan lain selain kendaraan korban. Ia pun tidak sempat menyaksikan pelaku penembakan.
Usni (53), warga Ciputat yang juga sempat dimintai keterangan oleh Polisi mengaku sempat menyaksikan Aiptu Dwiyatna saat masih tergeletak di jalan. Ia yang saat itu hendak salat subuh di masjid rumah sakit Sari Asih, mengaku saat itu menduga anggota Polri yang terkapar merupakan korban kecelakaan lalu-lintas.
Ia baru tahu Aiptu Dwiyatna adalah korban penembakan pagi harinya, sekitar pukul 07.00 WIB. Kata dia puluhan anggota Polri berkumpul di lokasi itu, termasuk sebagian di depan kediamannya. Jalan Otista di kedua arah pun ditutup, dan ia sempat menyaksikan anggota Polri yang tengah menyisir jalanan itu.
"Saya tanya ke Polisi yang di depan rumah saya, lalu dijawab katanya ada penembakan. Ternyata yang subuh saya lihat itu adalah korban penembakan," ujarnya.
Usni mengaku setiap subuh selalu keluar rumah untuk menunaikan salat subuh di masjid rumah sakit. pada hari-hari biasanya lalu-lintas di jalan Otista lumayan ramai. Namun dini hari itu saat Aiptu Dwiyatna ditembak, suasana lalu-lintas memang agak sepi.
Atas kasus itu, polisi sudah memeriksa setidaknya empat orang saksi. Selain Usni dan Ero, polisi juga memeriksa Sumarno (36), yang saat kejadian tengah menikmati kopi di seberang rumah sakit. Kepada petugas Sumarno juga mengakui hal yang sama, yakni mendengar suara letusan senjata sebanyak satu kali, dan kemudian ia dapati sang Aiptu sudah tersungkur.
Selain Sumarno, ada juga seorang pengendara sepeda motor yang sempat menyelamatkan Aiptu Dwiyatna.
Dari lokasi kejadian, Polisi berhasil mengamankan satu selongsong peluru, dan senjata revolvere korban bernomor AAY6162, berikut 5 butir peluru.
Kejadian serupa pernah terjadi pada 27 Juli 2013 sebelumnya. Anggota Satuan Lalu Lintas Wilayah Jakarta Pusat, Aipda Patah Saktiyono, ditembak pelaku tak dikenal di Jalan Cirendeu Raya, Ciputat, Tangerang Selatan, pukul 04.30 WIB.
Patah yang kala itu tengah berangkat dari rumahnya di Bojongsari, Depok, didekati dua orang yang menggunakan sepeda motor. Satu di antaranya mengeluarkan sepucuk senjata api dan melepaskan tembakan ke arah dada Patah. Patah tidak meninggal, namun Pelaku hingga kini belum terungkap.