Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Polisi Korban Penembakan Cuma Dijadikan Target Pengganti

Ia mengungkapkan, serangan terhadap anggota Polantas maupun Binmas relatif lebih mudah.

zoom-in Polisi Korban Penembakan Cuma Dijadikan Target Pengganti
NET
ILUSTRASI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat teroris Al Chaidar berpendapat, aksi penembakan polisi oleh orang tak dikenal, dilakukan kelompok teroris dari sel Tangerang dan Pamulang.

Kendati demikian, menurut Al Chaidar, para polisi yang menjadi korban penembakan bukanlah target utama. Mereka dinilai hanya menjadi target pengganti. Target utama para teroris adalah Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.

Dalam empat kasus penembakan di wilayah Tangerang, Banten, tidak ada satu pun yang bertugas di Densus 88. Polisi yang ditembak umumnya bertugas di Satuan Pembinaan Masyarakat atau Polisi Lalu Lintas.

"Mereka (Polantas dan Binmas) target improvisasi saja. Target awal mereka Densus 88," kata Al Chaidar saat dihubungi Kompas.com, Selasa (20/8/2013).

Ia mengungkapkan, serangan terhadap anggota Polantas maupun Binmas relatif lebih mudah. Mereka lebih mudah dikenali karena menggunakan seragam saat berdinas.

Al Chaidar menerangkan, serangan terhadap polisi tidak hanya dilakukan saat para 'firoqul maut wal ikhtiyalat', sebutan bagi pasukan berani mati atau pasukan senyap teroris, melakukan aksinya di jalanan.

Mereka juga menjalani latihan militer alias i'dad di tempat persembunyian. Mereka menjadikan wajah polisi atau simbol-simbol kepolisian seperti seragam polisi atau topi baret, sebagai target sasaran tembak.

Berita Rekomendasi

"Sejak 2008, sejumlah kelompok teroris seperti kelompok Abu Umar, Santoso, dan Abu Roban, telah menargetkan polisi sebagai sasaran mereka," ungkapnya.

Mantan teroris memaparkan, ada sejumlah alasan sehingga Densus 88 dijadikan target utama sasaran mereka.

Pertama, Densus 88 dianggap berlebihan dalam menangani pemberantasan kasus terorisme di Indonesia. Bahkan, pada sejumlah kasus penggerebekan maupun penangkapan, Densus 88 dianggap telah melanggar HAM.

Kedua, dari sisi keagamaan, Densus dianggap telah menodai simbol-simbol Agama Islam.

"Contohnya, ada Densus yang suka masuk masjid tanpa melepas sepatu," ujarnya.

Al Chaidar menambahkan, teror terhadap polisi tak akan berhenti sampai di sini. Karena, jumlah sel teroris di Indonesia cukup besar dan dalam kondisi aktif. (*)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas