Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Percakapan 'Bunda Puteri', Luthfi dan Ridwan Hakim

Anehnya, 'Bunda Puteri' seperti akrab dengan Ridwan Hakim,

Penulis: Edwin Firdaus
zoom-in Ini Percakapan 'Bunda Puteri', Luthfi dan Ridwan Hakim
TRIBUN/DANY PERMANA
Terdakwa Ahmad Fathanah menjalani persidangan dengan agenda pemeriksaan saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (26/8/2013). Ahmad Fathanah diajukan ke pengadilan karena diduga terlibat dalam kasus suap kuota impor daging sapi di Kementrian Pertanian. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama 'Bunda Puteri' muncul dalam sidang perkara dugaan suap pengurusan kuota impor sapi di Kementerian Pertanian dan pencucian uang terdakwa Ahmad Fathanah di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (29/8/2013).

Nama itu, diduga sebagai orang yang bisa menggerakkan decision maker atau pengambil kebijakan di negara ini. Anehnya, 'Bunda Puteri' seperti akrab dengan Ridwan Hakim, anak bos besar PKS Hilmi Aminuddin.

Hal itu sebagaimana terungkap dari hasil sadapan yang diputar tim Jaksa di persidangan. Awalnya, dalam sadapan itu Luthfi Hasan Ishaaq berbicara dengan Ridwan, namun dipertengahan pembicaraan, Ridwan memberikan ponselnya kepada 'Bunda Puteri'.

Ini Percakapan ketiganya yang berhasil disadap KPK :

L : Lutfhi
R : Ridwan
B : Bunda Puteri

L : masih di kompleks DPR?
R : di rumah bunda, bunda marah-marah.
L : katanya waktu di Lembang, saya langsung telepon, kata Bunda jangan diberitahukan dulu. Saya takut terlambat, makanya saya telepon langsung. Karena bakal disepakati sebentar lagi. Supaya jangan terlambat diberi tahunya. Saya tak perlu kasih tahu dulu. Karena setahu saya prosesnya masih jauh.
R: tadi malam menteri di sini, sampai jam 1 pagi, katanya. Pernyataanya kan hari Jumat, malam jumatnya dia di sini. Sambil ngomongin rapat.
L: kalau gitu gini aja, nanti kita coba dua arah. Siapa yang terbaiknya, Widhinya yang kita pegang 100 persen, biar satu komando.
R: Bentar bunda mau bicara dulu.

B: Assalamualaikum, ustaz.
L: bunda saya minta maaf baru bangun tidur.
B: bunda juga baru pulang jam 8, karena bosen di rumah sakit dari hari jumat, pengen merokok. Ini lagi ngobrol sama Iwan (sapaan Ridwan). Kalau bangun. Bakbuk-bakbuk, jangan senen. Kalau bangun. Iwan bisa cover zakat di istana. Jangankan orang dekat siapa nanti. Ini alternatif saja hilang.
L: waktu itu di depan bunda, memberi tahu segera. Karena prosesnya sudah panjang supaya dihentikan prosesnya untuk memperjuangkan yang namanya ... Udah hentikan nanti sampe arah yang...
B: ...itu kan sahabatnya si manyun.
L: siapa, si Widhi itu?
B: iya, orang dari DPD, kalau dari DPP sih nggak apa apa
L: mungkin begini, memang mereka berbicara soal itu. Dia nanya yang tidak ada alternatif untuk gantikan yang lama itu. Langsung saya telepon
B: itu 31 itu. Sekarang saya bilang ke Iwan, bunda tak akan lagi bicara pada pak haji susu, bunda enggak akan negor lagi, enggak akan minta lagi, kalau sampe, harusnya kan hari ini, Fathan sudah duduk. Menurut pak haji. Kalau sampai ia dikabulkan, bunda berhenti semuanya. Wan bunda tak mau dimainin. Apa yang pak haji susu minta sama bunda, bilang pak lurah kembali, semua bunda kembali, masa bunda seorang fathan, bunda dihianati. Kalau fathannya sudah.Kita yang butuh dia. Sudah jangan bicara lagi wan, bunda capek.

Berita Rekomendasi

L: kita sudah. Saya khawatir mereka jalan terus.
B: sampe dianter ke pintu jam 1 malam. Bunda bilang jangan dikasih alternatif, nanti alternatifnya yang dibesarin. Besok gak ada namanya Fathan.
L: saya tadi pagi ketemu sama dia, sama menteri-menteri lain.

B: sekarang ini, bunda ini jam 10 ditunggu Dipo kan? Sebelum dia ke JCC. Katanya kan, bun jadi nanti kita ketemu sama mas Boed jam 2.45. Nggak bunda di grand hyyat saja, supaya gak ke mana-mana. Nah kalau sudah begini, males kita urusin TPA-nya. Nanti kalau Maret ada reshuffle, ya sudah saja, nanti saya gnmomong sama pak lurah bener apa yang kamu bilang tentang haji susu itu, sudah babat saja. Bunda gituin aja, aman. Bunda disuruh ngurus beliau emang diatas satu orang, ini diatasnya Fathan.

L: bukan, maksud saya, dia kan decision maker, bunda kan mengkondisikan para decision maker. Kerjaan lebih berat mengkondisikan pada decision maker dari pada yang pengambil keputusan sendiri.

B : jadi kalau si Fatan itu kita minta tempatkan atau kita barterlah dengan Dirjen, itu masih beratlah. Ini cuma untuk pintu masuk. Beratnya dimana? Dan bunda kan gak ngerti untuk satu ini sAja deh, ntar juga penuh, ngapain diatas bunda gag kenal orang, kenapa bunda harus milih, karena bunda tahu kapasitas orang ini. Kalau enggak tahu wah enggak berani kita, mau ngejodoh-jodohin orang. Ini dunia akherat bunda, gag berani.

Kembali pada perbincangan LHI dan Ridwan.

L : siapapun yang di prospek pasti marah besar bunda, itu gimana ceritanya kok bisa begitu dia,

R: saya enggak faham, yang jelas bunda keki beneran,

L: siapapun yang diposisi dia pasti akan marah besar

L: dia kan decision maker, itu otoritas dia. Sementara yang diminta dia bukan otoritas bunda, bunda hanya mengkondisikan orang-orang pengambil keputusan agar keputusannya sesuai apa yang dia mau dan lebih berat pekerjaan dia dari pada pekerjaan Menteri. Yang menentukan ya kewenangan dia sendiri

R: iya ini sampai dibatalin, harusnya selesai hari ini sama Dipo

L: ya Allah siapapun yang dibilang pasti akan. Tidak menetukan hasil, tapi prosesnya ini sudah jalan. Kamu ngapain bawa Dipo?

L: Pokoknya kita atur belakangan. Dan kita sudah sepakat. Coba nanti telusuri apa dan bagaimana. Nanti penggantinya ini kita brain washing,

R: nanti kita coba.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas