Mahfud MD Dilarang Kiai, Rustriningsih Tak Minat
Ruangan konferensi pers tempat pemaparan peserta calon presiden Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat di Wisma Kodel mendadak riuh.
Penulis: Y Gustaman
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Ruangan konferensi pers tempat pemaparan peserta calon presiden Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat di Wisma Kodel lantai 11, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (29/8), mendadak riuh.
Sore itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD yang diundang Komite Konvensi sebagai calon peserta tiba-tiba menyatakan menolak ikut konvensi. Ia lebih mematuhi nasihat kiai, ulama dan kolega daripada dimanfaatkan membangun cintra partai.
Wartawan sangat terkejut. Mahfud tidak sampai satu jam bertemu dengan komite. Padahal pesrta terdahulu cukup berlama-lama bertemu panitia penjaringan, sedangkan mantan Menteri Pertahanan Era Gus Dur ini keluar dalam hitungan beberapa menit. Inilah membuat wartawan bertanya-tanya mengapa Mahfud begitu cepat menjalani tes.
Pertanyaan itu langsung terjawab. Diapit Sekretaris Suaedy Marasabesy dan anggota Komite Konvensi Hinca Panjaitan, sambil duduk di sofa, Mahfud membacakan dua helai kertas di tangannya. Nada suaranya mantap, konstan, Mahfud membacakan suratnya di hadapan Komite, yang mengatakan tidak bersedia ikut sebagai peserta konvensi capres.
Usai membacakan surat itu, Mahfud mempertegas, apa yang tertulis di dalamnya sudah jelas. Sehingga ia mengatakan tidak ada lagi sesi tanya jawab. Mahfud pun keluar dari ruangan konferensi pers, langsung menuju lift kemudian pulang. Di tengah waktu sedikit itu, Mahfud sama sekali tidak komentar ditanyai wartawan.
"Saya merasa bahwa saya pribadi tidak harus mengikuti kontes politik yang baik tersebut karena beberapa hal," kata Mahfud sembari membeberkan dua butir alasan yang panjang.
Dia mengaku, ada pertanyaan belum terjawab meskipun sudah menyampaikannya langsung kepada anggota komite konvensi maupun melalui media massa. Pertanyaan itu menyangkut hak dan kewajiban peserta konvensi dan Partai Demokrat, terutama setelah konvensi selesai dan pemenangnya sudah ditetapkan serta hasil pemilu legislatif sudah selesai.
"Selama ini saya hanya mendengar penjelasan dan jaminan lisan, tanpa ada yang tertulis, sementara AD/ART Partai Demokrat menentukan mekanisme yang berbeda dengan berbagai penjelasan dan jaminan lisan tersebut," kata Mahfud.
Kemudian, katanya, "para guru saya, yaitu kiai-kiai dari pondok pesantren, tokoh-tokoh perseorangan terkemuka di NU, Muhammadiyah, dan gereja serta kolega-kolega di berbagai perguruan tinggi, tokoh-tokoh masyarakat, dan komunitas-komunitas di massa saya bergaul dan ikut memimpin, banyak yang menyarankan agar saya tidak ikut konvensi tanpa mengurangi rasa hormat kepada Partai Demokrat."
Mahfud pun mengakui beberapa kawan menyarankan agar dia tetap ikut konvensi karena konvensi dianggap peluang untuk mendapat tiket menjadi Capres dan dianggap sebagai niat baik dari Partai Demokrat.
"Dan setelah saya merenung dan berkonsultasi kepada Allah SWT melalui salat istikharah serta mendiskusikan secara mendalam dengan tim politik saya, maka saya memutuskan untuk tidak mengikuti konvensi Partai Demokrat," ujar Mahfud.
Berselang sekitar dua jam setelah Mahfud mundur, Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana membatalkan diri mengikuti konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. "Saya mohon izin untuk menunda menjadi Calon Presiden sampai tahun 2019, kalau ada kesempatan saat itu," ujar Rudi Kriana usai bertemu Komite Konvensi Capres Partai Demokrat selama satu jam, di Wisma Kodel, Jakarta, Kamis (29/8) malam.
Keputusan tidak mengikuti konvensi capres ini diambilnya setelah Rusdi berkonsultasi dengan sejumlah rekan-rekan bisnis. Ditambah lagi, bisnis maskapai yang dipimpinnya tengah berkonsentrasi untuk semakin mengembangkan bisnis.
Dia mengatakan sangat ingin maju sebagai Capres melalui mekanisme konvensi. Tapi biarlah sementara ini akan tetap berperan sebagai "duta Indonesia" di tingkat internasional dengan unit bisnisnya.