Posisi Duta Besar Jangan Jadi Ajang Hadiah Bagi-bagi Jabatan
Beberapa nama yang diusulkan, kata Misbakhun, terkesan hanya ajang bagi-bagi hadiah jabatan.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Politisi Partai Golkar Mukhammad Misbakhun mengkritik sikap pemerintah terkait beberapa nama yang diusulkan ke DPR dalam hal ini ke Komisi I DPR untuk menjadi calon duta besar di beberapa negara. Beberapa nama yang diusulkan, kata Misbakhun, terkesan hanya ajang bagi-bagi hadiah jabatan.
"Saya melihatan ada beberapa jabatan dubes yang akan ditempatkan di beberapa negara dijadikan sebagai ajang hadiah bagi-bagi jabatan buat mantan pejabat yang dianggap pernah 'mengabdi' pada rezim pemerintahan SBY," sindir Misbakhun, Selasa (3/9/2013).
Ditegaskan, beberapa nama pejabat yang ditunjuk sebagai dubes yang diusulkan, selama menjadi pejabat pun prestasinya minim dan rendah. Sementara jabatan dubes ini, kata Misbakhun, butuh orang yang bisa memahami politik luar negeri Indonesia untuk dibawah pengaruhnya di masing-masing negara. Termasuk, dalam menjalin kerja sama yang lebih erat antar negara.
"Seharusnya pejabat-pejabat yang sudah pensiun lebih tepat menghabiskan pensiunnya di Indonesia daripada diberi hadiah jabatan duta besar yang mewakili nama Indonesia," pungkas Misbakhun.
Diberitakan sebelumnya nama mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo atau yang kerap disapa Foke ini diusulkan untuk menjadi calon Duta Besar Indonesia untuk negara Jerman. Kemudian, ada nama mantan Pangkostrad Letjen TNI Jhony Lumintang yang bila direstui DPR akan menjadi duta besar Indonesia untuk negara Filipina.
Nama-nama lain yang diusulkan pemerintah ke DPR dalam hal ini Komisi I DPR untuk diuji kelayakan dan kepatutan antara lain, Suprapto Martosetomo untuk Afrika Selatan, Yuli Mumpuni (Spanyol), Yusron Ihza Mahendra (Jepang), Budi Bowoleksono Amerika Serikat). Rencananya Budi akan menggantikan Dino Pati Jalal.
Kemudian Linggawaty Hakim (Swiss) Komjen Pol Ito Sumardi (Myanmar), Yuwono A Putranto (Norwegia), Raudin Anwar (Libya), Abdurrahman M Fachir (Arab Saudi), Jose Antonio Morato Tavares (New Zealand), Irmawan Emir Wisnandar (Laos), Sugeng Rahardjo- (China), Burhanuddin (Sudan).
Yang lain, Nurul Qomar (Brunei Darussalam) Gary Rachman Makmun Jusuf (Fiji), Rahmat Pramono PTRI (Asean) Diar Nurbiantoro (Rumania) Mulya Wirana (Portugal) Pitono Purnomo (Kamboja) dan Moenir Ari Soenanda (Peru).