Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini 5 Kegagalan Rezim SBY-Boediono Menurut PDI Perjuangan

PDI Perjuangan menilai pemerintah Indonesia di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, mengalami kegagalan.

Penulis: Y Gustaman
zoom-in Ini 5 Kegagalan Rezim SBY-Boediono Menurut PDI Perjuangan
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri (kiri) berjalan menuju tempat duduknya didampingi Ketua Panitia Rapat Kerja Nasional III PDIP, Puan Maharani (tengah), dan Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo (kiri), usai menyampaikan pidato politiknya dalam acara pembukaan Rakernas III PDIP di Ancol, Jakarta Utara, Jumat (6/9/2013). Rakernas yang dihadiri 1330 fungsionaris dan kader PDIP se-Indonesia tersebut akan berlangsung pada tanggal 6-8 September 2013. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Yogi Gustaman

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan menilai, pemerintah Indonesia di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, mengalami kegagalan.

Penilaian PDI Perjuangan tersebut, bukan tanpa alasan kuat. Dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-III, partai berlambang kepala banteng moncong putih ini menyimpulkan terdapat lima kegagalan Presiden SBY-Boediono.

"Pertama, melunturnya kedaulatan politik. Ini ditandai merosotnya kepemimpinan Indonesia dalam konstelasi politik internasional, ketidakmampuan negara melindungi segenap bangsa dan tumpah darah," ujar Ketua DPP Bidang Politik Puan Maharani, di Ecoventin, Jakarta, Minggu (8/9/2013).

Menurut Puan, lunturnya kedaulatan itu ditandai manajemen pemerintahan yang bisa didikte oleh mekanisme pasar.

Kedua, sambungnya, pondasi perekonomian nasional yang teramat lemah dalam bidang pangan. Buktinya, Indonesia semakin tergantung pada impor. Pemerintah, gagal mengendalikan harga daging, kedelai, cabai, bawang, dan produk pertanian lainnya.

"Ketiga, konflik sosial berlatar SARA, perebutan sumber daya alam, tanah dan lingkungan berlangsung meluas dengan eskalasi yang meningkat," terang Puan.

Berita Rekomendasi

Ia menjelaskan, konflik sosial itu disebabkan rendahnya keberpihakan pemerintah terhadap hak-hak rakyat atas sumber daya alam, tanah, dan lingkungan, serta tidak adanya perlindungan terhadap kelompok minoritas, termasuk kepada anak-anak perempuan.

Keempat, konflik kelembagaan antarpenyelenggara pemerintahan negara. Di mana konflik yang terjadi tidak lagi pada ranah tugas, pokok dan fungsi antarlembaga, tetapi sudah masuk pada aspek penyalahgunaan kekuasaan dan politisasi kekuasaan.

"Kelima, korupsi yang semakin akut dan memiliki keterkaitan dengan lingkaran pertama kekuasaan, politik tebang pilih yang secara sistematis telah dijalankan sejak 2004, kini menciptakan politik sandera, dan terjadinya kriminalisasi atas nama hukum," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas