Kapolri: Hanya Lima Persen Teroris Bertobat
Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo mengakui pihaknya sulit membina mantan teroris untuk bertobat.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo mengakui pihaknya sulit membina mantan teroris untuk bertobat. Biasanya, anggota teroris yang tertangkap akan kembali beraksi bila keluar dari tahanan.
"Saya laporkan hanya lima persen yang bisa kita bina agar tidak kembali ke habitatnya, rata-rata susah sekali," kata Timur saat rapat kerja dengan Komisi III DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (16/9/2013).
Ia mencontohkan teroris Abu Tholut yang sering keluar masuk tahanan. Ketika keluar tahanan, Abu Tholut kembali beraksi. Ditambah teroris baru yang tumbuh di masyarakat.
"Secara ketentuan UU yang mengatur BNPT, kalau Polri hanya penegakan hukum," katanya.
Timur juga mengatakan pihaknya bekerjasama dengan TNI lebih kepada intelejen. Menurut Timur kerjasama itu tidak terpisahkan dari langkah pencegahan sehingga dapat terungkap kasus-kasus terorisme.
"Sebanyak 90 persen kasus teroris terungkap dan dipersidangkan di pengadilan," ujarnya.
Mengenai penembakan polisi di kawasan Jabodetabek, Timur mengatakan pihaknya menemukan indikasi keterlibatan terorisme, kecuali kasus Briptu Ruslan dimana kasus tersebut murni pencurian motor.
"Itu fakta semua, tidak berkutat pada analisis," imbuhnya.
Timur mengatakan aparat intelejen sudah mengetahui ancaman tersebut. Namun, intelejen tidak tahu kapan dan dimana peristiwa itu akan terjadi. "Tahu dari hasil pemeriksaan dan mencari informasi dari korban," kata Timur.
Ketika ditanyakan mengapa polisi yang menjadi sasaran, Timur menegaskan aparatnya merupakan pihak yang menggagalkan aksi kejahatan.
"Maka dia dendam kepada polisi. Ini resiko tugas tidak akan mundur setapakpun, ini fakta semua bukan analisa intelijen," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.