Mulyana di Mata Bambang Widjojanto, Sederhana dan Tak Kaku
Kesan baik dan positif terus membekas bagi siapa saja yang mengenal almarhum Mulyana W Kusumah
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesan baik dan positif terus membekas bagi siapa saja yang mengenal almarhum Mulyana W Kusumah. Tak terkecuali dimata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto.
"Mulyana itu orang yang khas dan mempunyai kontribusi bagi gerakan Indonesia, khususnya gerakan mahasiswa. Kecerdasannya, kemampuannya menulis, kesederhanaannya dan kemampuannya membantu banyak orang," kata Bambang saat melayat ke rumah duka di Jl H Latif No 36 RT 03/03, Batu Ampar, Condet, Jakarta Timur, Senin (2/12/2013).
Bambang hadir mengenakan baju muslim putih dan topi berwarna biru. Ia datang sekitar pukul 08.30 WIB.
Sebagai sesama teman di YLBHI dulu, menurut Bambang yang juga pernah satu kantor dengan almarhum, Mulyana selama bekerja di birokrasi tak menonjolkan kesan flamboyan.
"Itu menempati bagian khusus dari kekerabatannya mas Mul di konteks lapisan masyarakat. Jadi beliau nggak mungkin dihilangkan dari daftar ingatan kita. Karena dia mempunyai kekhasan yang khusus dari budaya," katanya.
Sekitar pukul 08.50 WIB, Bambang langsung meninggalkan rumah duka. Sementara itu keluarga dan rekan-rekan Mulyana nampak terus berdatangan ke rumah duka.
Jenazah Mulyana akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Ciomas, Gunung Batu, Bogor selepas salat Dzuhur nanti.
Mulyana Wira Kusumah meninggal dunia Minggu (1/12/2013) di rumahnya, kompleks Taman Meruya Ilir, Jakarta Barat sekitar pukul 21.30 WIB. Mulyana sempat dirawat di RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dia sempat pulang ke rumah selama 3 hari dan kemudian dirawat lagi di RS Dharmais. Dia kemudian pulang pada Jumat 29 November.
Mulyana lahir di Bogor, Jawa Barat, 23 November 1948. Sebelum menjadi komisioner KPU, dia merupakan pengamat politik dan kriminologi dari Universitas Indonesia. Mulyana juga pernah membentuk LSM bernama Komisi Independen Pemantau Pemilu (KIPP) dan pernah bergiat di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.