Laporan Wartawan Tribunnews, Eri Komar SinagaTRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, akan terus mendalami peran Edhie Baskoro 'ibas' Yudhoyono dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam dalam kasus suap SKK Migas.
Dua nama tersebut disebut oleh tersangka Deviardi saat bersaksi dalam sidang suap di SKK Migas dengan terdakwa Simon Gunawan Tanjaya.
"Pertama saya ingin katakan bahwa setiap penyebutan nama orang akan didalami dan ditelusuri penyidik-penyidik KPK. Kedua, dari penyebutan nama-nama itu kita akan melakukan verifikasi dan validasi," ujar Samad kepada wartawan di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (4/11/2013).
Menurut Sanmd, jika misalnya penyebutan nama itu berdiri sendiri hanya keterangan dari sesorang, maka KPK memerlukan keterangan-keterangan lain agar keterangan itu tidak berdiri sendiri.
"Kalau keterangannya masih bersifat berdiri sendiri, maka KPK masih memerlukan verifikasi dan validasi. Kalau keterangannya didukung keterangan-keterangan lain, maka yang kemudian dilakukan KPK akan melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan," jelas Samad.
Sebelumnya, tersangka Deviardi, mengaku pernah diceritakan bos PT Kernel Oil, Widodo Ratanachaitong bahwa perusahaannya memiliki jaringan ke Istana.
Cerita itu menurut Ardi diutarakan Widodo saat bertemu di Singapura pada Maret 2013.
Demikian diungkapkan Deviardi saat bersaksi dalam sidang suap di lingkungan SKK Migas dengan terdakwa Simon Gunawan Tanjaya di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (28/11/2013).
"Dari keterangan yang disampaikan Widodo ke saya, dia main di SKK Migas. Ada tujuh perusahaan, ada jaringan ke Istana, DPR, dan Dipo Alam," ujar Deviardi di hadapan majelis hakim.
Majelis hakim juga sempat menyungging peran Rudi Rubiandini dalam kasus tersebut. "Kalau Rudi berhubungan dengan Widodo agar Ibas dan Istana tenang," katanya.