SBY: Bangsa yang Cerdas dan Bijak selalu Lakukan Evaluasi dan Refleksi
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan bangsa yang cerdas dan bijak selalu melakukan evaluasi dan refleksi
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan bangsa yang cerdas dan bijak selalu melakukan evaluasi dan refleksi. Hal ini tak lain untuk secara sadar melakukan perbaikan, perubahan dan penataan.
Untuk itu, menurut SBY, adalah sebuah pengingkaran perubahan alam, jika ada anggapan sistem dan kerangka bernegara yang dianut dalam satu periode tertentu sebagai sudah baik dan tepat serta harus dipertahankan dan jangan diganggu.
"Daripada harus terjadi revolusi baru, revolusi sosial atau perubahan yang dipaksakan yang sering menyakitkan. Dan kita pernah mengalami dalam bentangan sejarah negeri ini," tegas SBY dalam pidatonya pada Konggres Kebangsaan yang digelar Forum Pemimpin Redaksi (Pemred), di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2013).
SBY katakan, masih ingat saat sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Maret 1998--saat itu masih kepemimpinan Presiden Soeharto. Saat itu, SBY mewakili Fraksi ABRI.
"Saat itu saya katakan, reformasi tidak bisa dielakkan dan harus dilakukan. Saudara bayangkan waktu itu Pak Harto masih Presiden. Yang saya maksudkan adalah reformasi yang dilaksanakan secara konseptual. Bukan asal-asalan," tuturnya.
Waktu itu, kenang SBY, banyak yang belum siap mendengarkan kata-kata reformasi, menerima pernyataan yang diutarakan seorang Jenderal yang masih aktif dan di era politik Soeharto.
"Saya dianggap terlalu maju, sehingga membikin ketidak-nyamanan di sejumlah kalangan," kisahnya.
Lebih lanjut SBY tegaskan, yang lebih baik, jika semua pihak sepakat, perlu ada perubahan. Yakni perubahan tertentu, yang perlu direncanakan dan dipersiapkan.