TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Raden Edi Nuvian (46), warga yang diamankan Tim Gabungan Densus 88 Polri dari rumahnya, di Jalan Masjid Istiqomah, Rawa Sapi, Tambun, Kabupaten Bekasi, pada Minggu (15/12/2013) petang, membantah dirinya ditangkap.

Menurutnya, dirinya hanya dimintai keterangan tentang adiknya, Rade Iwan Kurniawan (33). Ia juga mengaku hanya dibawa Tim Densus 88 dari rumahnya itu menuju bengkel furniture miliknya di RT 02 RW 03 Babakan, Kelurahan Mustika Sari, Kecamatan Mustika Jaya, Kotamadya Bekasi, pada Minggu malam tadi.

"Saya nggak ditangkap, saya cuma nganterin mereka ke gudang saya‬," ujar Edi saat ditemui Tribunnews.com di rumahnya, Jalan Masjid Istiqomah, Bekasi, Senin (16/12/2013).

Saat ditemui, Edi yang dikenal dengan panggilan Edi Nurdjianto itu mengaku khawatir pernyataannya diberitakan di media tidak sesuai dengan pernyataannya.

Dalam kesempatan ini, Edi membantah dirinya ditangkap Densus 88 karena terlibat jaringan teroris Lamongan. "‪Intinya saya nggak ikutan kayak gitu dan saya sama sekali tidak suka begitu begituan, nggak bener‬," kata Edi.

Sebelumnya, kepolisian menangkap adik Edi, Raden Iwan Kurniawan alias Arqom alias Bihay di sebuah jalan, ketika hendak mencari sewaan mobil di Lamongan. Warga Kelurahan Jetis Lamongan itu diduga bagian dari jaringan terorisme yang terlibat perampokan toko emas di Tambora Jakarta Barat pada pertengahan 2012 dan kegiatan Fai.

Menurut Rosyid, tetangga Raden Edi Nuvian, Iwan Kurniawan kerap pulang ke rumah Edi pada akhir pekan. "Biasanya si Iwan pulang pas Sabtu dan Minggu. Istrinya di Lamongan, ke sini ke kakaknya ini, Edi," ujar Rosyid.