Pemerintah Bebaskan Corby Agar Australia Berhenti Menyadap
Dengan bebasnya Corby, citra pemerintahan Australia dibawah Perdana Menteri Tonny Abbot membaik
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo ikut memberikan tanggapan mengenai pembebasan bersyarat narapidana narkotika asal Australia, Schapelle Leigh Corby.
Menurut Bambang, pembebasan tersebut lebih bermakna pesan kepada pemerintah Australia untuk berhenti membocorkan hasil sadapan ASD (Australian Signals Directorate).
"Materi penyadapan yang didapatkan ASD diyakini sangat sensitif karena berkait dengan moral atau reputasi para pemimpin Indonesia," kata Bambang melalui pesan singkat, Minggu (9/2/2014).
Jadi, kata Bambang, pembebasan Corby layak diibaratkan tukar guling antara Pemerintah Indonesia dan Australia. Dengan bebasnya Corby, citra pemerintahan Australia dibawah Perdana Menteri Tonny Abbot membaik. "Sedangkan pemerintah Indonesia diduga hanya meminta kepada ASD agar tidak lagi membocorkan hasil penyadapan ke komunitas pers mana pun," kata Politisi Golkar itu.
Bambang menilai pembebasan Corby aneh, karena inisiatif pemerintah Indonesia membebaskan wanita asal Australia ini dimunculkan tak lama setelah memanasnya hubungan kedua negara akibat skandal penyadapan oleh instrumen intelijen Australia. "Di tengah perang kata-kata di antara para diplomat kedua negara waktu itu, ABC dan Guardian terbitan Australia menerima bocoran hasil penyadapan ASD dan memublikasikannya," ujarnya.
Belakangan, kata Bambang, muncul pemahaman bahwa lakon yang dimainkan ABC dan Guardian itu sebagai gertak sambal atau tekanan Australia kepada Indonesia. Itu sebabnya, pemerintah Indonesia sangat lamban merespons sikap tidak bersahabat yang dipertontonkan Australia. "Bahkan muncul keyakinan bahwa belum semua hasil sadapan ASD dibocorkan kepada pers. Berapa banyak yang akan dibocorkan ASD sangat bergantung pada keras-lembeknya reaksi pemerintah di Jakarta," katanya.
Maka, lanjut Bambang, pembebasan bersyarat Corby patut diterjemahkan sebagai sikap atau reaksi lembut nan bersahabat dari pemerintah Indonesia kepada pemerintah Australia dalam menyikapi skandal dan materi hasil sadapan. "Dan, karena pemerintah Indonesia bersikap lembut, ASD pun berhenti membocorkan hasil sadapannya kepada pers Australia," katanya.
"Lebih gamblangnya, pembebasan Corby bisa Jadi adalah pesan dari Jakarta kepada ASD agar jangan lagi membocorkan hasil sadapan kepada komunitas pers mana pun. Artinya, di Jakarta ada yang takut dan gelisah," tambah Bambang.
Menurut Bambang, kalau pembocoran oleh ASD diteruskan dan melebar hingga ke isu tentang perilaku koruptif dari mereka yang disadap, sejumlah elit di Jakarta akan malu, dicemooh dan menjadi sasaran tuduhan.
"Jadi, pembebasan Corby bisa jadi adalah harga yang harus dibayar guna mengeliminasi potensi ancaman ASD. Kalau pembocoran oleh ASD melebar hingga ke data-data korupsi, banyak figur yang akan menjadi sasaran caci maki publik Indonesia," ungkapnya.