TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Kehutanan, MS Kaban enggan berspekulasi jika nanti dirinya dijerat KPK terkait kasus dugaan korupsi proyek sistem komunikasi radio terpadu (SKRT) di Kemenhut.

Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) itu tak bergeming disinggung hal tersebut usai menjalani pemeriksaan hampir enam jam di KPK, Jakarta, Kamis (27/2/2014).

"Cukup ya, Makasih ya," kata Kaban sebelum meninggalkan KPK.

Kaban diketahui keluar gedung KPK sekitar pukul 16.30 WIB. Sebelum disinggung hal tersebut, Kaban sempat memberikan keterangan seputar pemeriksaannya hari ini.

Menurut Kaban, dirinya dicecar sekitar 33 pertanyaan terkait kasus yang menjerat tersangka Anggoro Widjojo.

"Hari ini saya sudah memberikan kesaksian terhadap tersangka Anggoro. Yang ditanyakan penyidik, ya total pertanyaan cukup banyak.  Pokoknya hampir 33 pertanyaan," kata Kaban.

Diantaranya menyoal soal anggaran SKRT tahun anggaran 2006/2007. Kaban juga dicecar penyidik soal informasi tentang pemberian uang ke Sekjen Kemenhut oleh Anggoro. Soal informasi tersebut, Kaban mengaku tak pernah menerima informasi tersebut.

"Saya kira sekitar selama ini yang sudah dipublikasi. Pertama tentang masalah proses anggaran SKRT. Kemudian informasi tentang bahasan bahwasanya anggoro memberi uang kepada Sekjen saya. Dan tentang laporan itu, sebagaimana di pengadilan juga saya katakan saya tidak pernah mendapat laporan itu. Saya kira itulah yang paling penting," ujarnya.

Pada kesempatan ini, Kaban menampik dikonfrontasi dengan mantan sopirnya M Yusuf saat menjalani pemeriksaan hari ini. Selebihnya, Kaban menjawab diplomatis menjawab pertanyaan awak media. Utamanya saat disinggung soal keterlibatan sang supir dalam perkara yang menjerat bos PT Masaro tersebut.

"Ya Yusuf kan sopir saya. Jadi ke mana saja ada. Ya ini kan masalah keterangan, yang mungkin nanti akan diberikan di persidangan," ujarnya.