Pengamat Ingatkan Jangan Politisasi Agama dalam Berpolitik
Tjipta Lesmana sangat menentang adanya politisasi agama dalam politik. Apalagi politisasi agama itu dilakukan secara sadar dan disengaja.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar komunikasi politik Prof Tjipta Lesmana sangat menentang adanya politisasi agama dalam politik. Apalagi politisasi agama itu dilakukan secara sadar dan disengaja.
"Saya dari dulu sangat menentang keras politisasi agama. Jangan politisasi agama dalam berpolitik," kata prof Tjipta di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Senin (24/3/2014).
Prof Tjipta menuturkan, politisasi agama itu sangat tidak dianjurkan dalam berpolitik. Ia mengatakan, politisasi agama yakni memakai dan memperalat agama untuk kepentingan politik.
"Misalnya, orang yang beragama Kristen memakai simbol-simbol muslim dalam kampanye. Itu tidak boleh. Nanti orang Islam bisa marah," tuturnya.
Prof Tjipta mengatakan, pada saat pertarungan pemilihan presiden lalu, politisasi agama juga dilakukan. Ia mencontohkan bagaimana Amien Rais mencoba melakukan politisasi agama dalam menjegal Megawati Soekarnoputri yang hendak ingin maju sebagai presiden.
"Amien Rais dulu menjegal Mega habis-habisan dengan mengemukakan bahwa salat posisi wanita ada di belakang. Padahal di Bangladesh wanita bisa jadi presiden," tuturnya.
Untuk itu, prof Tjipta mendorong agar agama tidak dipolitisasi. Menurutnya, saat ini partai politik dalam melakukan kampanye haruslah bertujuan untuk mencerdaskan agar mendapatkan pengetahuan politik yang benar.
"Politisasi agama itu tidak benar. Bawaslu harus tegas bila mendapati itu (politisasi agama)," ucapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.