Penjaga Pemandian Air Panas Lio Santa Hidup Berdua Istri Diterangi Lilin
Dari rumahnya cukup menyusur jalan beraspal sekitar tiga kilometer di wilayah Citamiang, Kota Sukabumi
Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Pemandian Air Panas Lio Santa terletak tidak jauh dari kediaman Andri Sobari alias Emon. Dari rumahnya cukup menyusur jalan beraspal sekitar tiga kilometer di wilayah Citamiang, Kota Sukabumi.
Lokasi pemandian air panas tersebut sudah ada sejak tahun 1970 sampai akhirnya dibangun menjadi tempat wisata. Banyak orang yang mengunjungi tempat tersebut untuk mengobati berbagai jenis penyakit seperti penyakit kulit dan reumatik. Kolam air panas yang keluar dari dalam perut bumi tersebut hanya berukuran sekitar 5 x 10 meter.
Terlihat gelembung-gelembung seperti air mendidih di kolam alami tersebut. Saat tribun menggunakan air tersebut, memang hangat.
Kini objek wisata tersebut menjadi ladang rumput ilalang. Setelah tahun 2010 lalu usaha milik pemerintah daerah tersebut bangkrut. Tribun mencoba menyusuri pemandian air panas tersebut terlihat puing-puing dinding bangunan dari tembok masih berdiri kokoh, sementara atapnya sudah tidak ada.
Di pinggir kolam air panas tersebut tampak sebuah bangunan bersekat-sekat. Awalnya bangunan tersebut merupakan kamar mandi bagi para pengunjung yang ingin menikmati objek wisata seluas 5,5 hektare tersebut. Terlihat di sebuah sekat kamar mandi masih ada sehelai kaos dalam anak serta celana dalam. Begitu pun di sekat yang lain ada juga celana dalam sudah kotor dan tampak dibuang sudah lama.
Air kolam pun tidak lagi jernih, sampah plastik terlihat mengapung di kolam tersebut. Airnya sebagian sudah terlihat menguning, sementara di bagian ujungnya masih tampak bening.
Rumput setinggi dada menutupi areal tersebut sehingga bila malam keadaannya sangat menakutkan. Apalagi lokasi tempat wisata tersebut seperti tidak ada yang menjaga sama sekali.
Gapuranya sudah tidak beratap, pintunya pun sudah berkarat. Serta puing-puing bangunan sudah berlumut. Tidak ada jalan untuk masuk kendaraan yang ada hanya jalan setapak. Dari kejauhan bila ada orang di tengah-tengah areal pemandian air panas tersebut tidak akan terlihat sama sekali.
Di areal tersebut ada sepasang suami istri yang sudah berusia lanjut Adang (70) dan Sayani (54) dipercaya pemerintah Kota Sukabumi untuk menjaga areal tersebut. Sebuah rumah bercat putih kusam berukuran 60 meter persegi tersebut terdiri dari dapur, ruang makan, ruang tamu dan dua kamar tidur.
Kehidupan pun cukup memprihatinkan, meskipun memegang surat tugas sebagai penjaga dan diminta untuk menempati rumah tersebut, tetapi penghasilannya tidak memadai.
Adang bercerita, dirinya sudah sejak 2005 tinggal di rumah tersebut. Awalnya ia masih mau membersihkan areal tersebut. Tetapi lama kelamaan tenaganya tak sanggup lagi dan dibiarkan rumput tumbuh. "Mau motong rumput alatnya tidak ada, mau beli alat, uangnya dari mana?" ujarnya saat berbincang dengan Tribun di kediamannya, Rabu (7/5/2014).
Dikatakannya, sebelum terbengkalai tempat wisata pertama di Sukabumi tersebut banyak dikunjungi orang, bahkan dari luar kota yang tentunya mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat di sana. Tetapi setelah bangkrut dibiarkan begitu saja. Sampai akhirnya banyak orang yang menggunakannya untuk mabuk-mabukan dan maksiat, bahkan baku hantam.
"Kalau pecahan botol (minuman keras) banyak, tapi jarang ketahuan sama saya. Kalau ketahuan saya langsung laporkan ke Kapolsek," katanya.
Ia pun sempat beberapa kali mengunci gerbang masuk tersebut dengan gembok, tetapi beberapa kali selalu dirusak orang tidak dikenal. Adang tidak mengerti kenapa ada yang bertindak seperti itu. "Sudah diganti beberapa kali selalu dirusak, tidak tahu apa maksudnya," katanya.
==============================================
Emon Sering Terlihat Berdiri di Dekat Gerbang
TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Petugas Penjaga Pemandian Air Panas Lio Santa Adang mengaku sering melihat Emon. Biasanya Emon berdiri di dekat gerbang masuk sambil mengenakan kaos dan celana pendek.
"Awalnya saya tidak tahu, kemudian saya tegur. Ia mengaku orang Lio," kata Adang, Rabu(7/5/2014).
Ia tidak pernah curiga melihat gerak gerik Emon yang kerap berdiri di depan gerbang. Dikatakannya memang banyak anak yang sering mandi di tempat tersebut. Bahkan Emon pun pernah terlihat mandi bersama anak-anak. Tetapi tidak sedikit pun berpikir akan terjadi peristiwa sodomi. "Kalau tahu akan begini, tentu saya sudah usir dan dilaporkan ke polisi," ucapnya.
Terakhir Adang melihat Emon Rabu (30/4/2014). Emon terlihat berdiri seperti biasanya dan sempat ditegur dirinya. Setelah itu, ia tidak melihat lagi Emon sampai akhirnya ramai diberitakan Emon ditangkap polisi.
"Tahunya pas Jumat (2/5/2014) ramai berita seperti ini," katanya.
============================================
Bermodal Lilin Terangi Kegelapan
TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Saat penangkapan Emon, penjaga pemandian air panas Lio Santa Sukabumi, Adang baru pulih setelah menjalani operasi prostat. Adang pun saat itu diminta datang ke Mapolres Sukabumi Kota guna diambil keterangannya sebagai saksi.
Sayani sang istri mengatakan pagi itu suaminya hanya baru menenggak segelas kopi. Ia khawatir dengan kesehatan suaminya yang baru menjalani operasi.
"Takut terjadi apa-apa saya sama bapak, soalnya baru minum segelas kopi saja dari rumah," ucap Sayani, Rabu(7/5/2014).
Setelah penangkapan Emon, kegelisahan menyelimuti pasangan suami istri tersebut. "Sampai tidak enak makan dan tidak enak tidur. Memang gara-gara ini nama Sukabumi jadi tercoreng," ujar Adang.
Kepada Tribun, Sayani mengaku bila sejak Agustus 2013 lalu dirinya bersama suaminya hidup dalam kegelapan saat malam tiba. Meskipun sudah masuk listrik, tetapi rumah tersebut tidak diberi fasilitas aliran listrik lagi sehingga setiap hari pasangan suami istri tersebut harus bermodal Rp 5000 untuk menerangi rumahnya.
Akibat memakai lilin, nyaris rumah tersebut terbakar. Saat itu Adang sedang sakit tidur di karpet. Entah bagaimana tiba-tiba api melalap karpet yang ditidurinya.
"Tangan saya pun terkena air panas, karena gelap saat itu dan bapak ingin air panas. Tidak kelihatan," ungkapnya.