Komisi III Minta Polisi Usut Tuntas Kasus Penyerangan Julius
Anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari menyesalkan tindakan kekerasan kepada Julius Felicianus di Sleman, Yogyakarta.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari menyesalkan tindakan kekerasan kepada Julius Felicianus di Sleman, Yogyakarta. Julius diserang sekelompok orang saat di rumahnya digelar doa Rosario.
"Saya menyesalkan tindakan diluar hukum berkali-kali ke Yogyakarta. Contohnya, ada pertemuan eks PKI dihajar, sudah lapor ke polisi tidak ada satupun yang ditindaklanjuti, jadinya besar kepala," kata Eva ketika dikonfirmasi, Jumat (30/5/2014).
Eva juga menuntut kepolisian mengusut kasus tersebut hingga tuntas. Ia meminta tidak ada pembiaran dalam kasus itu apalagi saat ini memasuki tahun politik.
"Pihak sana juga jangan SARA, Amien Rais selalu ngomongin SARA. Ini seperti menyiram bensin di ilalang," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Amanat Nasional Amien Rais mengatakan PAN akan menggunakan mental Perang Badar dalam menghadapi pemilu presiden ini.
"Jogja itu menjadi subur kekerasannya karena kompor dari pemimpin. Kalau engga dikomporin pemimpin lokal, tidak berkembang (kekerasan)," katanya.
Politisi PDIP juga menyebutkan Julius mengenali pelaku penyerangan itu."Ini seperti memposisikan kita seperti musuh, ternyata Julius mengenali empat dari delapan dia tahu, disebut FPI," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sekelompok pria dengan berpakaian jubah gamis mengobrak-abrik acara kebaktian jemaat umat Kristiani Santo Fransicus Agung Gereja Banteng, yang digelar di Perum YKPN, Tanjungsari Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kamis (29/5) malam.
Akibat aksi brutal tersebut, korban bernama Julius Felicianus (54) yang merupakan Direktur Galang Press menderita luka robek setelah dipukul benda keras. Korban juga mengalami luka lebam pada bagian muka dan mata. "Ada sekitar delapan orang yang mengroyok saya, tapi saya lihat ada banyak orang yang menggunakan pakaian serupa dan membawa alat pemukul dan senjata tajam," ujarnya.
Aksi brutal kelompok orang tak dikenal itu juga menimpa Mikael Irawan, wartawan Kompas TV yang bermaksud meliput insiden tersebut. Selain mendapatkan penganiayaan, kamera video miliknya juga dirampas.
"Kebetulan saya tinggal di dekat lokasi kejadian. Begitu mendengar ada keributan massa, saya langsung mendatangi lokasi. Tapi begitu mengambil gambar, saya dikeroyok dan kamera dirampas," ungkapnya.
Kejadian tersebut, saat ini masih dalam penyelidikan Polres Sleman. Petugas yang mendatangi lokasi langsung memasang garis polisi.