MPR: Jangan Politisasi Penyerangan Jemaat Ibadah di Yogyakarta
"Semua pihak jangan mempolitisasi kasus dan melakukan teologisasi peritiwa tersebut. Itu urusan kewenangan penegak hukum itu saja," kata Hajriyanto.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari meminta semua orang tidak mempolitisasi peristiwa penyerangan sekelompok intoleran terhadap umat katolik yang beribadah Doa Rosario di rumah Bos Galang Press Julius Felicianus. Biar aparat melakukan pengusutan kasus ini.
"Semua pihak jangan mempolitisasi kasus dan tidak melakukan teologisasi atas peritiwa tersebut. Itu urusan kewenangan penegak hukum itu saja," kata Hajriyanto kepada wartawan di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (30/5/2014).
Ia menambahkan semua pihak tidak berspekulasi terhadap kejadian tersebut untuk mencegah suasana menjadi keruh. Apalagi kejadian tersebut merupakan isu sensitif di Yogyakarta. Karenanya semua pihak harus menahan diri dan tidak berkomentar spekulatif.
Sekelompok pria berpakaian jubah gamis mengobrak-abrik acara kebaktian jemaat umat Kristiani Santo Fransicus Agung Gereja Banteng di Perum YKPN, Tanjungsari Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kamis (29/5) malam.
Atas peristiwa tersebut Julius (54) mengalami luka robek setelah dipukul benda keras. Muka dan mata Julius lebam. Menurutnya, ia dikeroyok delapan orang. "Tapi saya lihat ada banyak orang yang menggunakan pakaian serupa dan membawa alat pemukul dan senjata tajam," terang Julius.
Aksi brutal kelompok orang tak dikenal itu juga menimpa Mikael Irawan, wartawan Kompas TV yang bermaksud meliput insiden tersebut. Selain mendapatkan penganiayaan, kamera video miliknya juga dirampas.
"Kebetulan saya tinggal di dekat lokasi kejadian. Begitu mendengar ada keributan massa, saya langsung mendatangi lokasi. Tapi begitu mengambil gambar, saya dikeroyok dan kamera dirampas," ungkapnya.