Bawaslu: Prabowo Tidak Mendidik Rakyat
Dalam orasinya itu, Prabowo menyarankan agar rakyat tetap mengambil uang politik yang kerap ditebar menjelang masa coblosan
Prabowo menyarankan agar rakyat menerima uang politik. Dinilai tidak mendidik rakyat.
Jakarta - Pidato Prabowo di Rumah Polonia, Jakarta Timur Selasa, 10 Juni lalu, yang menyarankan agar rakyat menerima uang politik menjelang pemungutan suara 9 Juli mendatang menuai kecaman. Ucapan tersebut dianggap tidak mendidik rakyat, bahkan dinilai cenderung menganggap rakyat secara tidak manusiawi. Sebagai calon presiden, mestinya Prabowo memberikan pembelajaran politik yang baik kepada rakyat. Termasuk memberantas praktik politik uang yang kerap terjadi di masa pemilu.
“Pernyataan seperti itu sangat tidak mendidik rakyat dan sangat tidak relevan dalam menumbuhkan demokrasi di Indonesia. Justru capres seharusnya berupaya memberantas politik uang yang masih banyak terjadi di masa pemilu," kata anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Nasrullah, Kamis 12 Juni 2014.
Dalam orasinya itu, Prabowo menyarankan agar rakyat tetap mengambil uang politik yang kerap ditebar menjelang masa coblosan, tetapi ia mewanti-wanti supaya tidak memilih orangnya. "Kalau ada serangan fajar, ambil uangnya, karena itu uang rakyat, jangan merasa harus berbalas budi. Masa nolak rezeki, itu uang kita yang mereka curi," kata Prabowo.
Pada kesempatan itu Prabowo juga tak lupa mengingatkan agar para pendukungnya tidak berpaling dari pasangan Prabowo-Hatta pada pilpres nanti. "Sopan saja kalau dikasih uang. Ambil uangnya, tapi tetap coblos...?" lanjut Prabowo setengah meminta jawaban dari para pendukungnya.
Sontak pernyataan itu pun dijawab serentak para aktivis pendukung Prabowo: "Nomor satuuuuu...."
Menurut Prabowo, kebanyakan rakyat Indonesia masih sering bertingkah lucu dan bodoh."Bangsa Indonesia jangan terlalu lugu. Mau tau apa itu lugu? Lugu itu singkatan dari lucu dan guoblok," kata Prabowo. (skj) (Advertorial)