Kemenkes Ungkap Pria di Cakung Jadi Korban Flu Burung ke-197
Selama dua pekan sejak muncul gejala demam, pria yang berstatus karyawan ini akhirnya meninggal dunia 14 Juni 2014 dini hari.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan merilis temuan kasus baru flu burung yang telah dikonfirmasi Pusat Biomedis dan Teknologi Daar Kesehatan, Balitbangkes.
Kasus atas nama RA (laki-laki, 33 tahun) warga Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Selama dua pekan sejak muncul gejala demam, pria yang berstatus karyawan ini akhirnya meninggal dunia 14 Juni 2014 dini hari.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, SH, M.Si, Sp.F(K) menyatakan, RA tanggal 1 Juni 2014, timbul gejala demam dan flu pada kasus dan berobat ke klinik swasta.
Keesokan harinya tanggal 2 Juni 2014, kasus berobat ke Poliklinik RS swasta dengan diagnosa infeksi saluran kemih (ISK). Namun karena tidak ada perubahan dan muncul keluhan mual, muntah dan mata bengkak.
Pada 3 Juni 2014 RA kembali berobat ke RS swasta dengan diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Dyspepsia. Kondisi kasus tidak kunjung mengalami perubahan, sehingga pada 4 Juni 2014 kasus masuk rawat inap di RS swasta yang sama. Pada 5 Juni 2014, kasus mengeluh sesak dan dikonsultasikan ke spesialis paru dengan diagnosa bronchitis dan Coronary Artery Disease (CAD).
"Keesokan harinya tanggal 6 Juni 2014, kasus merasa semakin sesak dan dipindahkan ke ICU dengan hasil foto thorak terdapat infiltrat. Kemudian terjadi perburukan dengan didiagnosa pneumonia dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Pada tanggal 13 Juni 2014, kasus lalu dirujuk ke RS Rujukan FB, dan meninggal pada tanggal 14 Juni 2014 dini hari pukul 01.00 WIB," katanya, Kamis (26/6/2014).
Penyelidikan epidemiologi ke rumah penderita dan lingkungan sekitar oleh Tim Terpadu Kemenkes RI dan lembaga lainnya, kemungkinan faktor risiko yaitu kontak lingkungan di salah satu pasar di Jakarta Timur, tempat di mana kasus membeli ayam hidup yang langsung dipotong di pasar tersebut pada 27 Mei 2014.
"Lingkungan rumah kasus bersih, tidak memelihara unggas di kompleks tersebut. Rumah kasus berbatasan dengan perkampungan rumah petak, namun penduduk di sana tidak ada yang memelihara ayam, hanya ada yang memelihara 2 ekor burung di dalam sangkar yang digantung di halaman rumah," katanya.
Dengan bertambahnya satu kasus tersebut, sejak ditemukan pertama kali pada tahun 2005 hingga berita ini dipublikasikan, jumlah kumulatif kasus Flu Burung di Indonesia adalah 197 kasus dengan 165 kematian. Agus Purwadianto selaku focal point International Health Regulation (IHR) telah menginformasikan kasus tersebut kepada WHO.