KPK Juga Harus Periksa Tim Sukses Anas
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak cukup hanya menjerat Anas Urbaningrum
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak cukup hanya menjerat Anas Urbaningrum, tapi semua anggota tim suksesnya dalam kongres Partai Demokrat 2010 juga harus diperiksa.
Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Muhammad Budyatna mengatakan kemungkinan Tim sukses ini selain ikut serta dalam penggalangan dana-dana baik yang halal maupun yang haram, pastinya juga ikut menikmati uang yang mereka kumpulkan.
“KPK harus memegang semua anggota tim sukses Anas saat kongres. Karena mereka juga patut diduga makan juga duit korupsi itu disamping mereka juga ikut mencarikan uang untuk menyukseskan Anas menjadi ketua umum,” ujar Budyatna.
Budyatna yakin bukan hanya Nazaruddin yang mencarikan uang untuk Anas, karena hal itu tidak mungkin dilakukannya sendirian. Makanya KPK harus benar-benar memeriksa seluruh tim sukses Anas dari mana mereka mendapatkan duit.
"Nazaruddin memang bendahara, tapi tidak mungkin dia melakukan korupsi sendiri, pasti melibatkan banyak orang,” ujarnya.
Dia pun yakin bahwa uang yang dikumpulkan Anas dan Nazaruddin bukan hanya dari sebuah BUMN Adhi Karya, tapi mungkin juga seluruh BUMN yang ada.
”Tidak mungkin cuma dari Adhi Karya dan cuma dari satu proyek Hambalang saja. Saya yakin banyak BUMN yang sempat dijadikan sapi perahan oleh mereka. Ini pasti banyak operatornya dan operator itu pasti tim sukses mereka,” ujarnya.
Budyatna menegaskan penting bagi KPK untuk membasmi seluruh aktor dari korupsi proyek. Ini ibarat membersihkan semak dan ilalang yang mengganggu, harus semua dicabut sampai ke akar-akarnya.Jangan dibiarkan hanya karena semaknya masih kecil, karena semak kecil itu akan menjadi besar kalau dibiarkan.
Untuk itu dia pun mengimbau KPK untuk menyelidiki kasus ini bukan hanya ditingkat loyalis Anas di tingkat DPP, tapi juga sampai ke DPD dan DPC PD seluruh Indonesia. Jika Anas melakukan hal ini di tingkat pusat, maka anak buahnya di tingkat daerah, pasti melakukan cara-cara yang sama.
Terkait pernyataan salah satu loyalis Anas yang sempat menjadi sekretaris Nazaruddin yang bernama Nuril Anwar yang mengaku dalam persidangan kemarin bahwa Marzuki Alie ikut menerima dana sebesar US$ 1 Miliar, Budyatna tidak percaya.
Menurutnya sangat aneh, jika Anas memberikan uang kepada orang yang menjadi lawan politiknya di kongres. Nuril seperti halnya Yulianis tegasnya hanya digunakan Anas menyebarkan isu-isu untuk kepentingannya.
”Mana mungkin orang perang, orang yang berseteru memberikan logisitik dan peluru untuk musuh yang diperanginya. Lagian saat kongres kedudukan Marzuki yang sekjen lebih tinggi dari Anas yang hanya ketua DPP. Logikanya kalau Marzuki mau bermain uang dan korupsi, pastinya dia tidak perlu bantuan Anas. Tuduhannya jadi tidak masuk akal,” ujarnya,
Dia justru melihat ini manuver Anas untuk kembali menggagalkan Marzuki sebagai salah satu kader PD yang potensial menjadi ketua umum PD.
“Anas nampaknya ingin menjegal lagi langkah Marzuki menjadi ketum. Dia melakukan ini agar nanti calonnya yang menjadi ketua umum, makanya orang-orang seperti Marzuki terus difitnah. Memfitnah dan difitnah adalah makanan dan mainan sehari-hari dalam dunia politik. Marzuki juga tidak perlu khawatir kalau memang itu tidak benar,” katanya.