Nazaruddin Bilang Marzuki Alie Siap Pasang Badan
Manuver M Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, dalam mengatur Kongres 2010 di Bandung kian terungkap
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Manuver M Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, dalam mengatur Kongres 2010 di Bandung kian terungkap dalam persidangan kasus terdakwa Anas Urbaningrum di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (18/8/2014).
Nuril Anwar, staf Nazaruddin di DPR, dalam kesaksiannya mengungkapkan Nazaruddin menyebarkan uang kepada tiga kandidat Ketua Umum DPP Partai Demokrat, termasuk Marzuki Alie dan Andi Mallarangeng. Marzuki Alie hingga saat ini menjabat Ketua DPR.
Nuril mengaku pernah diperintah mengambil uang 500 ribu dollar dari mantan Wakil Direktur Keuangan Permai Group, Yulianis.
"Pengambilan 23 Mei 2010, 500 ribu dolar AS. Nazar mengatakan uang diberikan ke Marzuki Alie dan Andi Mallarangeng melalui Nurcahyo. Pemberian diketahui Edhie Baskoro," kata terdakwa Anas membacakan berita acara pemeriksaan (BAP) Nuril pada poin nomor 14, dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta.
Dalam BAP terungkap, saat diminta mengambil uang dari Yulianis, Nuril menanyakan tujuan pemberian uang tersebut.
"Ini uang untuk siapa? Ambil saja, ini prinsip kita menebar ke mana-mana. Saya mau ketemu Pak Marzuki dan tim Andi, Nurcahyo," kata Nuril dalam percakapan dengan Nazaruddin.
Menjawab pertanyaan Anas, Nuril mengatakan uang untuk Marzuki dibawa ke hotel yang menjadi markas tim pemenangan yaitu Hotel Hyatt. Dalam persidangan Nuril mengaku pernah beberapa kali mengambil uang dari Yulianis yaitu 100 ribu dolar AS, 100 ribu dolar AS dan 500 ribu dolar AS.
Pada BAP seperti dibacakan Anas, uang 100 ribu dolar AS yang diambil 22 Mei 2010, dibagikan kepada 15 peserta Kongres Partai Demokrat dari Pulau Jawa sebagai uang transportasi.
"Saya dampingi Nazar membagikan amplop-amplop itu kepada DPC-DPC tersebut. Ada Jateng, Yogya, Jatim," kata Nuril.
"Kata Nazar waktu itu DPC itu pendukung siapa," tanya Anas. "Ada pendukung Marzuki Alie dan Andi Mallarangeng," jawabnya.
Nuril juga mengisahkan pertemuan Nazaruddin dengan Marzuki Alie di gedung DPR beberapa saat sebelum kabur ke Singapura, 23 Mei 2011. "Pada saat Rosa (Mindo Rosalina Manullang, anak buah Nazaruddin) ditangkap, dia (Nazar) gusar dan memutuskan menghadap Marzuki Alie sekitar pukul 15.00 WIB," ujarnya.
Nuril yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut mendengar atasannya mengancam akan menyeret Partai Demokrat jika tidak dibantu.
"Dia (Nazaruddin) mengatakan, kalau tidak dibantu Partai Demokrat akan dihancurkan. Dan yang sangat pasang badan itu Pak Marzuki. Dia (Nazaruddin) bilang memang yang mem-back up itu Pak Marzuki Alie," kata Nuril yang kesehariannya selalu menemani Nazaruddin.
Setelah Nazaruddin kabur ke Singapura, Nuril masih berhubungan lewat telepon maupun BlackBerry Messenger (BBM). Dari percakapan telepon, Nazar ingin membuat skenario untuk menjatuhkan Anas dari posisi ketua umum dan menjadikan Marzuki Alie sebagai gantinya.
"Dia sampaikan, Ril (Nuril) Pak Anas sudah tidak komit. Jadi kita adakan KLB (Kongres Luar Biasa). Dia mau Marzuki Alie menjadi ketua umum. Saya dijanjikan posisi penting di partai," ujar Nuril.
Anas yang mendengar kesaksian Nuril langsung mengaitkan rencana makar Nazar menggunakan agenda rakernas Partai Demokrat di Sentul.
"Jelang rakernas, ada beberapa kali serangan dilancarkan ke saya, apa saksi tahu," tanya Anas kepada Nuril.
"Memang skenario busuk ini sudah lama setting-nya di Singapura. Ketika Nazaruddin melakukan skype dengan Iwan Pilliang, memang sudah dirancang sangat rapi. Itu memang skenario untuk menjatuhkan Mas Anas," jawab Nuril.
Nuril juga mengungkapkan Nazaruddin mengeluh Anas sulit diajak kerjasama untuk mendapat proyek.
"Dia (Nazar) sampaikan sangat menyesal ketika Mas Anas tidak bisa diatur-atur, misalnya dalam urus proyek. Menurutnya, Mas Anas lebih asyik konsolidasi ke daerah-daerah. Itu yang buat dia menyesal," kata Nuril bersaksi.
Tak hanya itu, Nuril juga mengungkapkan Nazaruddin kerap mencatut nama Anas, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), serta Ibas (Sekjen Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono) untuk mencari keuntungan. Ketika ulah itu mulai tercium internal partai, Nazaruddin menjadi galau.
"Memburuknya hubungan dia dengan Ketua Umum (Anas), misalnya karena menjual nama Pak SBY, Ibas, dan Mas Anas. Dia gelisah karena laporan sudah tembus ke Pak SBY dan Mas Ibas," ujarnya.
Kegelisanahan Nazar yang lainnya, lanjut Nuril, lantaran munculnya berita di sejumlah media mengenai dugaan Nazaruddin ingin memperkosa seorang sales promotion girl (SPG).
"Kedua hal itu mengganggu psikologis Nazar dalam jalankan aktivitas di DPR. Ia mengaku sangat menyesal," ujarnya.