Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejak Tiga Tahun Silam 30 Wartawan Siapkan Poros Maritim

Melalui kacamatanya, para wartawan menuangkan harapan kembali kejayaan bahari serta keseriusan pemerintah dalam pengelolaan laut Indonesia.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Sejak Tiga Tahun Silam 30 Wartawan Siapkan Poros Maritim
ho/tribunnews
Buku Tahun 1511 – Lima Ratus Tahun Kemudian, terbitan Gramedia Pustaka Utama yang disusun oleh sebanyak 30 wartawan pada tahun 2011 yang berisi persiapan terbangunnya poros maritim dan harapan mereka atas kembalinya kejayaan bahari nusantara. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 30 wartawan pada tahun 2011 telah mempersiapkan terbangunnya poros maritim dan harapannya atas kembalinya kejayaan bahari nusantara  yang termuat dalam buku “Tahun 1511 – Lima Ratus Tahun Kemudian” terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Melalui kacamatanya, para wartawan menuangkan harapan kembali kejayaan bahari serta keseriusan pemerintah dalam pengelolaan laut Indonesia.

Ide penulisan buku itu muncul dari Laksdya TNI Yosaphat Didik Heru Purnomo, yang pada waktu itu menjabat sebagai Kalakhar Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla RI).

Demikian diungkapkan editor buku tersebut, AM Putut Prabantoro, yang juga  Konsultan Komunikasi Bakorkamla RI, Minggu (31/8/2014). 

Buku ini mendapat “Kata Sambutan” dari Menkopolhukam  Marsekal TNI (Purn.) Djoko Suyanto, Menhan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.

Buku setebal 247 halaman tersebut menjadi lebih lengkap ketika beberapa tokoh nasional, yakni Franciscus Welirang (Pengusaha), Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri (Mantan Wakasad), R. Priyono (Kepala BPMigas) dan KH Salahuddin Wahid (Ketua Gerakan Integritas Nasional) juga membuat tulisan tentang laut sebagai “Kata Pengantar”. Selain itu, Dicky R Munaf, yang menjabat sebagai Seslakhar Bakorkamla RI, juga menyumbangkan tulisannya.

Menurut Putut Prabantoro, yang juga adalah Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) – dari wartawan, oleh wartawan dan untuk Indonesia, ke-33 wartawan itu berasal dari berbagai media seluruh Indonesia dengan berbagai artikel topik kelautan. “Soekarno Menggugat, Merasakan Ayunan Gelombang, Laut Indonesia: Si Anak Haram, Penghinaan Bagi Martabat Bangsa, Kontemplasi Jelajah Teluk Balikpapan, Penegak Hukum Harus Jujur” dan “Perairan Arafura Perlu Mendapat Perhatian Khusus” adalah beberapa dari 33 topik yang menjadi perhatian.

Berita Rekomendasi

Ke-30 wartawan itu adalah, Primus Dorimulu (Pemred Suara Pembaruan dan Investor Daily), Pieter P. Gero (Redaktur Ekonomi Harian Kompas), Achmad Subechi (Pemred Tribun Kaltim), Teguh Santosa (Pemred RMOL-Rakyat Merdeka Online), Dodi Sarjana (Pemred Tribun Pekanbaru), Gaudensius Suhardi (Kadiv Content Enrichment Media Indonesia), Kornelius Purba (Senior Managing Editor The Jakarta Post), Marcel Kelen (Wartawan Antara di Papua), Ahmad Basori (Pemred Harian Pelita), Rafael Don Bosco (Wartawan Indosiar), Dion DB Putra (Pemred Harian Pos Kupang), Ivan Rishky Kaya (Ketua FP4N – Forum Pers Pemerhati Pelanggaran Perikanan Nasional, Ambon), Astriyadi Alexander Mering (Redaktur Borneo Tribune, Pontianak) dan Richard Nainggolan (mantan Pemred Tribun Manado).

Selain itu tercatat juga, Tri Agung Kristanto (Redaktur Politik dan Hukum Harian Kompas), Abdul Haerah (Pemred Tribun Medan), Yusran Pare (Pemred Banjarmasin Post), GA Guritno (Redaktur Majalah Gatra), Iman Suryanto (Wartawan Tribun Batam), Algooth Putranto (Wartawan Bisnis Indonesia), Rahdini Ikaningrum (Reporter MetroTV), Donatus Budiono (RedPel Pontianak Pos), Julius Jera Rema (Wartawan Investor Daily), Koesworo Setiawan (Kepala Jurnas.Com), Rosmery Sihombing (Askadiv Pemberitaan Media Indonesia), Willy Masaharu Indracahya (Wartawan Suara Pembaruan), Ardianto BS (Produser News Trans7), Agapitus Batbual (Wartawan Suara Perempuan Papua di Merauke), Maurits Sadipun (Redaktur Timika Ekspress), dan Hadmarus Waka (Wartawan Harian Bintang Papua, Jayapura – Biro Timika).

Buku ini dibuat untuk memperingati 500 tahun jatuhnya Malaka dan Singapura (Tumasik) yang merupakan pulau terluar Kerajaan Sriwijaya (Kerajaan Singosari, Majapahit dan Demak) ke tangan Portugis pada tahun 1511.  Sejak kejatuhan itu, nusantara kehilangan kontrol atas lautnya selama 424 tahun. Dan sialnya, Malaka dan Singapura juga tak kembali menjadi bagian nusantara sejak 17 Maret 1824 ketika Traktat London ditandatangani Belanda dan Inggris untuk tukar guling antara Tumasik (Singapura) dan Bengkulu.

Dalam tinjauan sejarahnya dalam buku ini yang berjudul “500 Tahun Kemudian …”, Putut Prabantoro menyatakan bahwa buku itu adalah mimpi Didik Heru Purnomo yang mengharapkan laut Indonesia dikelola dengan baik termasuk memiliki Sea & Coast Guard (Penjaga Laut dan Pantai). Karena mimpi itu, Didik Heru Purnomo kemudian mengajak para wartawan untuk menulis tentang laut Indonesia.

Alasan mantan Kasum TNI dan Wakasal itu  mengajak para wartawan dalam penyusunan buku terdapat pada halaman 23, yang dikatakan, “Baik atau buruk pandangan watawan tentang pengelolaan laut Indonesia adalah sumbangsih yang tidak kecil bagi terbangunnya kembali kejayaan bahari Indonesia. Mereka (wartawan-red) memiliki media yang dapat mempercepat terbangunnya kembali kejayaan bahari Indonesia yang pernah kita dengar ratusan tahun lalu.”

 
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas