Dipimpin Cicit Pendiri NU, PPP Dinilai Bakal Mendapat Simpati Nahdliyin
Romi merupakan cucu dari mantan Menteri Agama RI KH. Wahib Wahab.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terpilihnya M. Romahurmuziy sebagai Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dinilai membawa nilai positif bagi parpol berlambang kakbah tersebut. Hal itu karena Romahurmuziy merupakan darah biru NU, yakni cicit pendiri NU KH Wahab Chasbullah.
Peneliti Forum Kajian Islam dan Politik UIN Sunan Kalijaga M. Affan Hasyim mengatakan, selama ini nuansa NU di PPP nyaris tidak terdengar, karena yang memimpin PPP bukan berasal dari kalangan NU Mainstrem.
Dia mencontohkan Hamzah Haz dan Suryadharma Ali hanyalah kader NU santri. Sementara Romahurmuziy merupakan keturunan pendiri NU.
"Jadi nuansanya beda, istilah saya kalau selama ini darah biru NU ada di PKB, sekarang darah biru NU juga memimpin PPP. Saya kira ini akan menjadi menarik melihat konfigurasi politik kalangan Nahdliyin ke depan," kata Affan kepada wartawan, Rabu (5/11/2014).
Rommy, sapaan akrab Romahurmuziy merupakan putra dari pasangan KH. Tolchah Mansoer dan Hj. Umroh Machfudzoh, pendiri IPNU dan IPPNU. Romi merupakan cucu dari mantan Menteri Agama RI KH. Wahib Wahab.
Apakah PPP bisa mendulang suara besar di basis-basis NU? Affan menilai jalan itu terbuka lebar. Namun, menurut dia sangat bergantung pada kelihaian politik dari elite-elite PPP khususnya yang dari kalangan Nahdliyin.
"Jalan itu sudah terbuka lebar, sekarang bagaimana bisa memaksimalkan jalan tersebut," tandasnya. Mengenai konflik PPP, Affan menyarankan agar kedua kubu harus islah dan mengakhiri perbedaan.
Saat ini, dirinya menilai Romahurmuziy sudah memiliki legitimasi dan mendapat dukungan mayoritas dari DPW dan DPD. Begitupun di lingkungan ulama-ulama PPP, nama Romahurmuziy lebih membumi dibanding Djan Faridz.
Affan berpendapat, Djan Faridz hanya aktif di struktural NU bukan lahir dari kekuatan kultural yang selama ini menjadi ciri khas warga Nahdliyin.
"Yang aktif di struktural itu belum tentu memahami dan mendapat dukungan di kultural NU. Kultural seperti keturunan pendiri NU, bisa ceramah agama, bisa membaca al-Quran secara fasih, bisa memimpin do'a, bisa menjadi imam shalat, itu menjadi nilai tersendiri," tuturnya.