Ada Ritual Kembar Mayang saat Pemakaman Jesse Lorena
Seorang remaja putri membawa janur kuning di sisi peti jenazah Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena Ruri
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MUNA - Seorang remaja putri membawa janur kuning di sisi peti jenazah Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena Ruri (28) saat sejumlah warga berjalan ke lokasi pemakaman di TPU Desa Sidomakmur, Tiworo Kepulauan, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara pada Rabu (12/11/2014) malam.
Peti jenazah pun dililitkan tiga rangkaian bunga. Seorang perempuan lainnya menyebar berbagai jenis bunga di sepanjang jalan menuju lokasi pemakaman. [Baca juga:Ranjang Berukir Permintaan Terakhir Jesse Lorena Sebelum Dibunuh]
Warga setempat didominasi transmigran asal Jawa itu menyebutnya sebagai ritual Kembar Mayang. Mereka yakini ritual tersebut untuk jodoh mendiang Jesse Lorena.
"Kan jenazah ini perempuan yang belum berkeluarga, belum menikah. Ada bunga dan janur. Itu ada namanya tradisi 'Kembar Mayang'. Maknanya supaya dia yang menemaninya 'di sana'. Kalau tradisi Jawa begitu," ujar seorang kerabat almarhumah, Siti Hindun yang turut mengikuti prosesi pemakaman.
Selain itu, warga juga meletakkan teko, caping, beberapa jenis bunga, bendera putih hingga payung di pusara makam Jesse Lorena seusai jasadnya dikuburkan. Meski hari sudah gelap, sejumlah warga terlihat khusuk saat doa bersama dipimpin oleh tokoh agama di depan makamnya.
Seneng Mujiasih adalah satu dari dua WNI yang tewas dibunuh warga negara Inggris, Rurik Jutting di Hong Kong pada sebelas hari sebelumnya. WNI lainnya berasal dari Cilacap Jawa Tengah, Sumarti Ningsih