Pilot Perlu Keberanian dan Doa saat Terobos Awan Cumulonimbus
Diduga kuat pesawat tipe Airbus A320-200 itu meminta izin untuk menghindari area awan yang sedang berproses menjadi cumulonimbus.
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesawat AirAsia QZ 8501 sebelum hilang kontak sempat meminta izin kepada Air Traffic Controller (ATC) Bandara Internasional Soekarno Hatta untuk naik ketinggian dan berbelok kiri dari jalur seharusnya.
Diduga kuat pesawat tipe Airbus A320-200 itu meminta izin untuk menghindari area awan yang sedang berproses menjadi cumulonimbus.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Manahan Simorangkir mengungkapkan, memang bukan perkara mudah melewati awan yang berproses menjadi cumulonimbus atau sudah terbentuk menjadi cumulonimbus.
Apalagi rata-rata komunikasi di radio pesawat ke ATC langsung mengalami gangguan ketika masuk pusaran awan yang padat dan menciptakan badai petir di dalamnya itu.
Menurut Manahan, sang pilot perlu tahu spesifikasi pesawat yang ia piloti terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan menembus awan tersebut.
"Menembus awan cumulonimbus itu pilot harus tahu spesifikasi pesawatnya. Kemudian juga diatur kecepatannya berapa. Kalau salah dan spesifikasi pesawat tidak mumpuni bisa meledak saat menembus awan cumulonimbus," kata Manahan di Markas Pusat Komando Operasi TNI AL (Puskodal), Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (29/12/2014).
Di samping itu, kata Hanahan perlu juga ada keberanian dari si pilot untuk terus menerobos awan tersebut. Selain juga perlu adanya pemahaman pilot terhadap cuaca saat penerbangan berlangsung. "Kemudian, juga pilot harus banyak berdoa," imbuhnya.