Budi Gunawan Tersangka Bursa Kapolri Memanas, Ini Kandidatnya
Penetapan Kalemdikpol Komjen Pol Budi Gunawan menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bakal mengubah peta kandidat Kapolri
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penetapan Kalemdikpol Komjen Pol Budi Gunawan menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bakal mengubah peta kandidat Kapolri. Hal itu cukup beralasan karena Komjen Pol Budi Gunawan sebelumnya diajukan oleh Presiden Joko Widodo sebagai calon tunggal Kapolri.
Dengan penetapan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai tersangka kasus rekening gendut oleh KPK praktis kini bursa calon Kapolri makin menarik disimak. Apalagi Kapolri Jenderal Pol Sutarman baru akan memasuki masa pensiun pada Oktober 2015 mendatang. Siapa-siapa saja selain Komjen Pol Budi Gunawan yang berpeluang maju menjadi orang nomor satu di korps bhayangkara patut terus diikuti.
Selain Komjen Pol Budi Gunawan, kandidat calon Kapolri yang berasal dari jenderal bintang tiga ada nama Kabaintelkam Komjen Pol Tito Karnavian. Tito Karnavian, M.A., Ph.D. lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964 adalah seorang perwira Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berhasil membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin Moch Top.
Tito Karnavian naik pangkat menjadi Brigjen. Pol. dan naik jabatan menjadi Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Tito Karnavian menggantikan Brigjend. Pol. Saud Usman Nasution, yang menjabat Direktur I Keamanan dan Transnasional Bareskrim Mabes Polri.
Sesuai dengan Telegram Rahasia Kapolri tertanggal 3 September 2012, Tito diangkat menjadi Kepala Kepolisian Daerah Papua menggantikan Irjen Pol Bigman Lumban Tobing.
Tito Karnavian mengenyam pendidikan SMA Negeri 2 Palembang. Tito melanjutkan pendidikan Akabri tahun 1987. Tito menyelesaikan pendidikan di Universitas Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih Strata 1 dalam bidang Police Studies.
Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama beliau bersekolah di Xaverius dan mengenyam pendidikan di SMA Negeri 2 Palembang. Tatkala duduk di kelas 3, Tito mulai mengikuti ujian perintis. Semua tes yang ia jalani lulus, mulai dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Kedokteran di Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Empat-empatnya ia lulus, tapi yang dipilih Akabri.
Tito melanjutkan pendidikan Akabri tahun 1987. Tito menyelesaikan pendidikan di University of Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies, dan menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih S-1 dalam bidang Ilmu Kepolisian.
Tito Karnavian juga menyelesaikan pendidikan di Massey University Auckland di Selandia Baru tahun 1998 dalam bidang Strategic Studies, dan mengikuti pendidikan di Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura, tahun 2008 sebagai kandidat PhD dalam bidang Strategic Studies. Maret 2013 ia menyelesaikan PhDnya dengan nilai excellent.
Karier Tito dalam kepolisian cepat melesat berkat prestasi yang dicapainya. Tahun 2001, Tito yang memimpin Tim Kobra berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra (mantan) Presiden Soeharto. Berkat sukses menangkap Tommy, Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa.
Tahun 2004, ketika Densus 88 Antiteror dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito Karnavian yang saat itu menjabat Ajun Komisaris Besar (AKBP) memimpin tim yang terdiri dari 75 personel. Unit antiteror ini dibentuk oleh Kapolda Metro Jaya (waktu itu) Irjen Firman Gani.
Calon potensial berikutnya adalah Kabareskrim Komjen Pol Suhardi Alius. Komjen. Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H. lahir di Jakarta, 10 Mei 1962 adalah tokoh Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Ia menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri sejak tanggal 24 November 2013 menggantikan Komjen. Pol. Drs. Sutarman yang terpilih menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri). Sebelumnya, Suhardi menjabat Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, lalu Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Barat menggantikan Irjen. Pol. Tubagus Anis Angkawijaya sejak Juni 2013 hingga November 2013.
Seiring penunjukannya sebagai Kabareskrim, Suhardi kini menjadi angkatan 1985 pertama yang sudah mampu menembus pangkat jenderal bintang tiga.
Setelah Suhardi Alius ada pula nama Putut Eko Bayuseno. Putut lahir di Tulungagung, Jawa Timur, ia adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 18 Maret 2014 mengemban amanat sebagai Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri pengganti Komjen Pol Drs. Badrodin Haiti yang berpindah tugas sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri).
Putut, lulusan Akpol 1984 ini berpengalaman dalam bidang lantas. Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Kapolda Metro Jaya).
Putut termasuk perwira dengan karier yang mengkilap. Karier kepempimpinan bapak tiga anak ini diawali dengan menjabat Kapolres Situbondo (2000-2001) dan kemudian menjabat Kapolres Jember selama dua tahun (2001-2003). Setelah berkarier di Kota Tembakau (Jember-red) Putut kemudian ditarik ke Mapolda Jawa Timur sebagai Korspripim (2003-2004).
Seiring naiknya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2004,[1] Putut pun ditugaskan sebagai ajudan presiden (Pamen De SDM Polri) selama lima tahun (2004-2009). Menurut Ketua IPW, Neta S. Pane, salah satu faktor ditunjuknya Putut sebagai Kapolda Metro karena mantan ajudan SBY, dan presiden jelas butuh figur yang dapat dipercaya memimpin kepolisian ibu kota.
Naik pangkat sebagai jenderal, Putut ditugasi sebagai Wakapolda Metro Jaya (2009-2011), Kapolda Banten (2011) lalu mendapat pangkat Irjen Polisi dan terakhir menjabat Kapolda Jawa Barat (2011-2012).
Berikutnya adalah Komjen Pol Badrodin Haiti lahir di Paleran, Umbulsari, Jember, Jawa Timur, 24 Juli 1958. Saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri). Sebelumnya Badrodin mengemban tugas sebagai Kabaharkam Mabes Polri dari 2 Agustus 2013 hingga pengangkatannya sebagai Wakapolri pada 27 Februari 2014.
Ia menjadi orang nomor dua di Korps Bhayangkara menggantikan seniornya, Komjen. Pol. Drs. Oegroseno yang pensiun. Pengangkatan Badrodin diumumkan sendiri oleh Kapolri Jenderal Pol. Sutarman [2].
Badrodin merupakan alumnus terbaik Akpol 1982 (meraih Adhi Makayasa) yang pernah menjabat Kapolda Banten, Kapolda Sulawesi Tengah dan Kapolda Sumatera Utara. Dia beristri satu dengan dua orang putera. Setelah menjabat Kapolda Jatim sekitar tujuh bulan, dia ditarik ke Mabes Polri dan menjabat Koorsahli Kapolri.
Nama Badrodin Haiti juga sempat disebut-sebut dalam kasus rekening gendut perwira tinggi Polri.
Nama Komjen Pol Dwi Priyatno juga tidak boleh dikesampingkan. Ia adalah alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1982 yang berpengalaman dalam bidang lalu lintas (lantas) saat ini menjabat sebagai Inspektorat Pengawasan Umum (Irwasum) Polri pengganti Komjen Pol. Drs. H. Anton Bachrul Alam, S.H. berdasarkan Surat Telegram Rahasia Nomor ST/1717/IX/2014 tertanggal 1 September 2014. Komjen Pol. Drs. Dwi Priyatno, S.H. merupakan Kapolda Metro Jaya tersingkat yang pernah menjabat, yakni lima bulan saja.