Jokowi Mengutuk Keras Pembantaian 'Charlie Hebdo'
Presiden Joko Widodo angkat bicara soal aksi penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo di Prancis.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Presiden Joko Widodo angkat bicara soal aksi penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo di Prancis. Jokowi mengutuk peristiwa berdarah itu. Namun, Presiden juga mengingatkan kebebasan berekspresi harus dilakukan dengan saling menghormati.
"Saat kejadian, langsung atas nama pemerintah mengutuk keras, mengecam keras kekerasan semacam itu dengan dalih apa pun juga," kata Presiden Jokowi usai melakukan blusukan di sejumlah tempat di Bandung, Senin (12/1/2015) malam.
Jokowi mengajak semua pihak agar menyadari bahwa kebebasan berekspresi, termasuk menulis, harus juga menghormati terhadap sesama. "Marilah kita saling menghormati dan saling menjaga," ujarnya.
Serangan di kantor Charlie Hebdo, Rabu, mengakibatkan 12 orang, termasuk wartawan, tewas. Saat polisi dan tentara antiteror mengejar dua pelaku, penembakan lain terjadi keesokan harinya di pinggiran Paris, menewaskan seorang perempuan polisi.
Teror masih berlanjut dengan dua penyanderaan di dua tempat. Salah satunya di sebuah toko swalayan di Paris.
Upaya perburuan sementara berakhir pada Jumat dengan tewasnya dua bersaudara Cherif dan Said Kouachi serta Amedy Coulibaly yang melakukan penyanderaan di toko swalayan. Namun, empat sandera ditemukan tewas.
Sebelum penembakan terjadi, Charb sudah beberapa kali mendapat ancaman pembunuhan. Serangan atas kantor Charlie Hebdo itu merupakan serangan dengan korban yang terbesar di Perancis sejak tahun 1961.
Majalah Charlie Hebdo pernah menerbitkan kartun Nabi Muhammad, yang memicu kemarahan umat Islam, tetapi juga menurunkan satire tentang agama lain.(Sabrina Asril)