Menko PMK Ajak Diplomat Implementasikan Revolusi Mental
Puan mengatakan, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla mengusung sembilan agenda strategis yang dinamakan Nawa Cita
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengajak warga Indonesia yang berada di luar negeri, terutama yang bekerja sebagai diplomat, ikut bergotong-royong membangun Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian.
Hal itu disampaikan Puan saat menjadi pembicara kunci atau keynote speaker dalam rapat kerja bersama para diplomat Indonesia di luar negeri, di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (4/2/2015). Para diplomat Indonesia sebelumnya mendapatkan arahan dari Presiden Joko Widodo.
"Kita berkumpul hari ini bersama para diplomat, wakil terbaik bangsa ini, untuk berdiskusi terkait politik luar negeri, strategi kebijakan luar negeri dan perlunya perubahan mental diplomat Indonesia sebagai perwakilan RI dalam membawa kepentingan Indonesia di luar negeri," kata Puan di Jakarta, Rabu (4/2/2015).
Puan mengatakan, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla mengusung sembilan agenda strategis yang dinamakan Nawa Cita. Agenda Nawa Cita, kata Puan, hanya dapat terwujud jika mendapat dukungan dari seluruh warga negara.
Namun, kata Puan, perubahan mental menjadi faktor yang sangat penting sebelum agenda Nawa Cita dijalankan secara bergotong royong oleh seluruh warga negara. Itu mengapa, Puan menekankan, pentingnya keberadaan para diplomat atau perwakilan pemerintah di luar negeri.
"Saya berharap perwakilan Republik Indonesia di luar negeri berperan aktif memperkenalkan dan menjalankan gagasan Revolusi Mental bersama masyarakat Indonesia di luar negeri, khususnya pelajar dan mahasiswa dalam rangka memperkuat karakter dan jati diri bangsa," kata Puan.
Hal senada disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi. Menurutnya, cara pandang atau mindset para diplomat Indonesia harus diubah supaya program strategis pemerintah bisa terwujud. "Ini memerlukan satu perubahan mindset yang drastis dari semua diplomat Indonesia," ujar Retno.
Atas dasar itu, kata Retno, dirinya sengaja mengumpulkan para diplomat di Jakarta untuk menyelaraskan langkah dan strategi diplomasi dan politik luar negeri Indonesia. Menurutnya, para diplomat pada masa mendatang juga diposisikan sebagai pihak yang mengenalkan Indonesia secara ekonomi.
Retno mengatakan, para diplomat ditempatkan di luar negeri oleh pemerintah untuk memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara. "Diplomasi ke depan tidak akan berjalan tanpa kepentingan rakyat dan kepentingan nasional," ujar Retno.
Menurut Puan, para diplomat dapat berperan mensosialisasikan keberhasilan pelaksanaan program-program pemerintah, termasuk di bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Salah satu bentuk nyata yang dapat dilakukan para diplomat, lanjut Puan, menjadi wakil pemerintah dalam promosi produk-produk budaya.
"Dengan demikian, kita akan memperkuat produktifitas dan inovasi di dalam negeri dan sekaligus menjadikan budaya nasional terus tumbuh dan berkembang. Inilah Revolusi Mental dalam bentuk nyata yaitu membangun kekuatan ekonomi nasional berbasiskan pada budaya nasional," ujar Puan.
Secara bersamaan, kata puan, para diplomat Indonesia juga harus menjadi garda terdepan untuk melayani secara maksimal warga Indonesia di luar negeri. Salah satu bentuk yang dilakukan, lanjut Puan, memberikan perlindungan dan kesempatan kerja bagi tenaga kerja migran.
"Dan tugas para diplomat terakhir yang yang juga tidak kalah penting adalah menghimbau kepada para mahasiswa Indonesia yang telah selesai pendidikan agar kembali ke Tanah Air. Ajak mereka untuk bergotong royong membangun bangsa," ujar Puan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.