Jam Terbang Junimart Girsang di Politik Dinilai Masih Rendah
Mempertanyakan siapa Buya Syafii Maarif justru memperlihatkan rendahnya jam terbang Junimart Girsang di dunia politik.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Direktur Eksekutif Maarif Institute, Raja Juli Antoni, menegaskan perlunya diklarifikasi tanggapan Junimart Girsang Anggota Fraksi PDI-P di media massa yang menyebut pernyataan Buya Syafii Maarif tidak jelas siapa dan apa posisinya.
Menurut Antoni, sejak awal diskusi di internal Maarif Institute ketika Buya Syafii Maarif diminta Presiden Jokowi untuk mejadi "tim independent" pihaknya memberikan dukungan penuh keterlibatan Buya dalam tim ini untuk membantu Presiden Jokowi menyesaikan kemelut berlarut-larut akibat ketidak dewaan berfikir dan kedangkalan moral politisi kita.
"Masalah ini tidak akan melebar bila Jokowi sejak awal menarik surat pengajuan BG sebagai Kapolri ke DPR ketika BG ditetapkan sebagai tersangka oleh DPR," kata Antoni.
Konyolnya, kata dia, Komisi III DPR malah memutuskan seorang tersangka korupsi 'fit' dan 'proper' sebagai Kapolri. Selanjutnya, dengan kedangkalan moral publik seorang terangka korupsi malah dianggap layak menjadi Kapolri di sidang paripurna DPR.
"Jadi posisi Buya dan anggota 'tim independen' lainnya justru memberikan suntikan moral bagi presiden Jokowi untuk mempunyai keberanian mengambil keputusan untuk tetap pro pemberantasan korupsi di tengah rongrongan para politisi rendah akal dan moral, seperi Junimart Girsang," tutur Antoni.
Dijelaskan mempertanyakan siapa Buya Syafii Maarif justru memperlihatkan rendahnya jam terbang Junimart Girsang di dunia politik.
"Buya Syafii ini adalah bapak bangsa yang masih tersisa setelah tidak ada lagi sosok seperti Gus Dur dan Cak Nur," katanya
Dijelaskan pada hari Senin tanggal 2 Februari Buya masih diundang Megawati ke Teuku Umar untuk diminta nasihat dan pertimbangannya.
"Dua jam Buya ngobrol dengan Megawati. Saya berkali-kali menemani Buya Syafii bertemu almarhum Taufiq Kiemas. Kalau ketemu Pak TK selalu cium tangan Buya. Aneh kalau Junimart tidak mengenal Buya," tutur Antoni.
Ditegaskan Junimart mesti paham bahwa sumber legitimasi politik itu tidak selalu berasal dari aspek legal-formal. Sejarah dunia melahirkan tokoh-tokoh yang tidak mempunyai posisi formal dalam sistem politik tapi justru mempunyai legitimasi politik kuat karena konaistensi pandangan intelektual dan posisi moralnya yang independen dan imparsial.
"Aneh pernyataan Junimart. Bagaimana PDIP yang menjadi oposisi selama 10 tahun melahirkan politisi dangkal seperti Junimart. Jokowi adalah presiden yang diusung PDIP, mestinya PDIP pasang badan menjaga Jokowi agar menjadi presiden yang pro pemberantasan korupsi. Bukan malah merong-rong presidennya sendiri. Sepuluh tahun menjadi oposisi, membuat PDIP lupa bahwa sekarang mereka adalah partai penguasa," kata Antoni.
Sebelumnya diberitakan Anggota Komisi III dari PDIP, Junimart Girsang, menyampaikan pendapatnya terkait pernyataan Buya Syafii bahwa Presiden Joko Widodo tidak akan melantik Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri.
Kata Junimart, pernyataan Buya Syafii, berdasarkan pembicaraan lewat telepon dengan Presiden tersebut, tidak punya dasar.
"Karena tak jelas siapa dia dan apa posisinya. Kalau bisa, kita harap jangan pula dia membuat suasana makin keruh," kata Junimart kemarin.