Sempat Hilang, Tongkat Pusaka Diponegoro Dikembalikan ke Indonesia
Tongkat Pangeran Diponegoro (1785-1885), yang hilang sewaktu masa peperangan pada abad ke-19, kini dikembalikan ke Indonesia
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tongkat Pusaka Kanjeng Kiai Tjokro milik Pangeran Diponegoro (1785-1885), yang hilang sewaktu masa peperangan pada abad ke-19, kini dikembalikan ke Indonesia. Tongkat, yang disimpan keluarga Baud di Belanda sejak 1834, itu diserahkan pada pembukaan pameran seni rupa ”Aku Diponegoro” di Galeri Nasional Indonesia di Jakarta, Kamis (5/2).
Tongkat pusaka sepanjang 153 sentimeter dari kayu mahoni tersebut diberikan kakak beradik Michiel dan Erica Lucia Baud kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Acara itu disaksikan perwakilan Kedutaan Besar Jerman, Kedutaan Besar Belanda, Goethe Institut, Erasmus Huis, serta tiga kurator pameran, yaitu Jim Supangkat, Werner Kraus, dan Peter Carey.
Pengembalian tongkat ini mengejutkan karena keluarga Baud sebelumnya meminta agar acara ini dirahasiakan hingga pembukaan pameran Kamis malam lalu. Michiel Baud mengatakan, keluarganya menerima tongkat itu pada tahun 1834 dari Adipati Notoprojo, keluarga keturunan Sunan Kalijaga. ”Kami dihubungi Harm Steven (kurator di Rijks Museum Belanda), katanya itu milik Pangeran Diponegoro. Hari ini kami bawa ke sini untuk rakyat Indonesia,” kata Michiel.
Pameran ”Aku Diponegoro” digelar 5 Februari hingga 8 Maret 2015. Ini pameran besar kedua setelah pameran ”Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia” tahun 2012. Di sini, digelar beragam karya seni rupa, artefak sejarah, serta foto dan video dokumentasi.
Bangkitkan semangat
Dalam sambutannya, Anies Baswedan berterima kasih dan menghargai pengembalian tongkat Diponegoro yang biasa digunakan untuk berziarah itu. Menurut dia, figur Diponegoro digambarkan cukup rinci dalam buku sejarah dibandingkan dengan para tokoh lain. Pangeran ini mengobarkan semangat melawan kolonialisme lewat perang, yang memunculkan narasi pada masanya dan masa berikutnya.
Pameran ”Aku Diponegoro” membangkitkan kesadaran terhadap sosok dan peran pahlawan itu. Semangat ini diharapkan menular kepada generasi muda Indonesia. Pengunjung juga bisa menikmati ekspresi seni dari peristiwa sejarah tersebut, termasuk lukisan Raden Saleh (tentang penangkapan Diponegoro).
”Pada Juni 2013, UNESCO mengakui naskah kuno Babad Diponegoro, yang ditulis Diponegoro sendiri, sebagai warisan ingatan dunia. Dunia mengakui Diponegoro. Kita berharap bisa mengenal lebih jauh. Karya Raden Saleh juga punya peran di Eropa,” kata Anies. (IVV/NAW)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.