Cegah WNI Gabung ISIS, Ibadah Umroh Minta Diperketat
Politisi Golkar ini menilai adanya Warga Negara Indonesia (WNI) gabung ISIS karena faktor ekonomi.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah harus segera membuat regulasi yang lebih ketat soal travel yang akan menyelenggarakan kegiatan wisata ke Timur Tengah, termasuk travel pelaksana ibadah Umroh.
Hal itu disampaikan anggota DPR dari Fraksi Golkar, Firman Soebagyo, kepada Tribunnews.com, Selasa (11/3/2015).
Politisi Golkar ini menilai adanya Warga Negara Indonesia (WNI) gabung ISIS karena faktor ekonomi.
"Sesungguhnya keinginan masyarakat yang ingin bergabung dengan ISIS tidak semata mata mengenai ideologi. Tapi karena faktor ekonomi dengan iming-iming imbalan yang cukup tinggi sedangkan di negeri sendiri orang hidup semakin susah!" kata Firman.
Justru, imbuhnya, banyak kebijakan yang membuat rakyat susah seperti kebijakan menteri KKP terhadap larangan melakukan tangkap ikan dengan alat tertentu seperti cantrang dan lainnya.
Pun begitu dengan petani tembakau yang semakin dipersulit kehidupannya beras mahal dan lainnya.
Jadi, kata dia, menyikapi modus bergabungnya warga Indonesia dengan ISIS tidak sederhana begitu saja. Pasalnya, pemerintah harus benar-benar mengkaji secara konfrehensif.
"Untuk itu Presiden dan pembantunya harus bekerja serius dalam menyelesaikan persoalan bangsa ini. Ke liking-keliling bagi-bagi uang Rp 100 000, ditentukan dulu ini bukan saatnya lagi membuat pencitraan tetapi kerja kerja dan kerja tunjukkan?!" ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 16 WNI memisahkan diri secara misterius dari rombongan wisata di Turki. Dua di antara ke-16 WNI itu adalah kakak beradik dari Solo.
Seperti dikutip dari BBC Indonesia, kakak beradik itu bernama Fauzi Umar, 36, dan Hafid Umar Babher, 31.
Dalam Formulir Isian Data Penduduk untuk WNI yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemkot Solo, Fauzi dan Hafid terdaftar di Kelurahan Gajahan, Pasar Kliwon.
Lurah Gajahan, Susanto, membenarkan bahwa kedua saudara kandung tersebut merupakan warganya.
Pada daftar isian biodata penduduk, kakak beradik itu tercatat dalam dua kartu keluarga yang berbeda dengan alamat yang sama.
Fauzi Umar masih ikut dalam kartu keluarga ayahnya. Sedangkan Hafid Umar, istrinya, Soraiyah, 27, dan anak mereka, Hamzah, 5, terdaftar dalam kartu keluarga berbeda.
Soraiyah dan Hamzah juga masuk dalam daftar WNI yang hilang di Turki.