Pengamat: Masih Banyak di Sekeliling Jokowi yang Bermental Asal Bapak Senang
Ari Junaedi mengungkap, di Ponorogo, Jawa Timur, puluhan petani yang menghadiri acara panen raya kemarin harus menelan ludah
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kejadian memalukan dianggap seperti ala Orde Baru kembali terulang. Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi mengungkap, di Ponorogo, Jawa Timur, puluhan petani yang menghadiri acara panen raya kemarin harus 'menelan ludah' karena traktor untuk pertanian yang dijanjikan akan diberikan oleh Presiden Jokowi urung diberikan.
Traktor-traktor yang sudah berada di lokasi acara, ditarik dan dibawa kembali untuk acara serupa Presiden Jokowi di tempat lain. Tidak hanya traktor yang gagal di dapat, areal persawahan yang dijadikan acara rusak karena terinjak-injak ratusan orang dan puluhan awak media yang mengabadikan seremonial preside tersebut.
"Pengemasan acara presiden di Ponorogo tersebut telah mengabaikan harapan rakyat yang telah dijadikan obyek di selebrasi presiden. Sangat memalukan dan keterlaluan. Harusnya acara-acara pembodohan seperti yang lazim dilakukan di negara-negara otoriter dan diktatorial begini tidak dilakukan di pemerintahan yang katanya sangat mengagung-agungkan revolusi mental," ungkap Ari Junaedi, Rabu (18/3/2015).
"Jokowi harus memecat penanggungjawab gelaran sandiwara Ponorogo. Era keterbukaan dan kecepatan informasi sudah tidak bisa dilawan dengan seremonial abal-abal,"salah seorang pengajar mata kuliah Humas Politik di UI ini menegaskan.
Ari yang juga pengajar Program Pascasarjana UI dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menambahkan, dari kasus Ponorogo bisa dipetik sebuah pembelajaran bagi tata kelola public relations di kantor kepresidenan Jokowi.
"Ternyata Jokowi masih dikelilingi oleh pejabat-pejabat yang bermental ABS alias Asal Bapak Senang. Bahkan harus ditambahi untuk konteks Ponorogo, selain ABS juga WRM yakni Walau Rakyat Menderita. Pemahaman staf kehumasan Presiden yang mengemas acara Jokowi harus gemerlap di sorotan media namun sarat dengan kebohongan harus ditanggalkan," Ari menduga.
Saatnya, ia menyarankan, acara-acara presiden dihelat dengan kejujuran namun punya makna yang dalam.
"Kalau acara-acara Jokowi seperti kasus Ponorogo dipertahankan, Ari yakin rakyat akan muak dan sadar event presiden tidak ubahnya sebuah sandiwara keliling,"papar Ari Junaedi peraih penghargaan World Custom Organization Sertificate of Merit 2014 karena kontribusinya dalam penatakelolaan manajemen komunikasi di Bea Cukai Indonesia ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.