Hasto: Bung Karno Hidup dalam Kepemimpinan dan Urat Nadi PDIP
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto menilai survei Poltracking itu sudah ditungganggi agenda politik de-soekarniosasi.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Publikasi sejumlah survei terkait isu kepemimpinan di PDI Perjuangan dinilai menunjukkan adanya agenda politik de-Soekarnoisasi sekaligus menafikan realitas politik dan suasana kebatinan kader partai itu.
Survei terbaru mengenai itu adalah dari Poltracking, yang menyebutkan bahwa para pakar dan opinion leader melihat trah Soekarno yang ada tak diminati untuk kembali memimpin partai itu.
Ketua Umum PDI-P saat ini, Megawati Soekarnoputri, bahkan disebut yang paling rendah tingkatannya untuk memimpin PDI-P. Padahal di sisi lain, Kongres PDI-P bulan depan beragenda kembali mengukuhkan Megawati memimpin partai untuk periode 2015-2020.
Karena itu pula, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto menilai survei Poltracking itu sudah ditungganggi agenda politik de-soekarniosasi.
"Mereka yang menyederhanakan survei kepemimpinan PDI-P dengan mempersoalkan kepemimpinan Trah Soekarno tidak menyadari bahwa Bung Karno memang hidup dalam kepemimpinan dan urat nadi PDI-P," tegas Hasto, Senin (23/3/2015), di Jakarta.
Hasto menjelaskan bahwa sebagian besar anggota dan simpatisan PDI-P bergabung ke partai karena menyatukan diri dengan ide, gagasan, perjuangan, dan cita-cita Bung Karno (BK).
Sosok presiden pertama dan Pendiri Bangsa itu, dengan demikian, selalu hidup.
"Ide, jiwa dan gagasan BK bahkan tidak pernah mati karena menyatu dengan kondisi aktual bangsa. Karena itulah berbagai proyek politik sejak jaman Orde Baru tidak pernah bisa menyingkirkan BK dari hati sanubari rakyat," ujar Hasto.
Demikian halnya ketika Megawati Soekarnoputri yang berjuang menempuh jalan sunyi dengan keliling seluruh Indonesia melantik koordinator kecamatan dalam masa yang sulit di bawah tekanan rejim otoriter.
Kata Hasto, apa yang dilakukan merupakan praktek mengorganisir rakyat karena keyakinan politik Megawati atas didikan BK untuk berani menyuarakan suara rakyat yang tersumbat kekuasaan.
Atas hal itu, Hasto menegaskan bahwa lembaga survei belum kredibel bila menggunakan hasil surveinya untuk agenda politik tertentu.
Termasuk mengambil keputusan sepihak dengan melupakan realitas politik dan suasana kebatinan anggota PDI-P.
"Itu hanya merendahkan tingkat kepercayaan survei itu sendiri. Saya meyakini bahwa BK, Megawati, dan PDI-P justru akan semakin hidup dengan berbagai bentuk agenda setting yang mencoba meminggirkan Trah Soekarno tersebut," tandas Hasto.