Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat: Lima Tahun Mendatang Indonesia Masih Aman dari Pengaruh ISIS

"Karena saat ini masih level rekrutmen, Jadi saya kira sama lima tahun ke depan dampaknya belum nyata,"

Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Y Gustaman
zoom-in Pengamat: Lima Tahun Mendatang Indonesia Masih Aman dari Pengaruh ISIS
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Peneliti terorisme dan intelijen dari Universitas Indonesia (UI), Ridlwan Habib, menjadi pembicara pada diskusi terkait Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), di kantor redaksi Tribun, Jakarta Pusat, Senin (23/3/2015). TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Edwin Firdaus

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat terorisme Ridlwan Habib memprediksi lima tahun ke depan, Indonesia masih aman dari pengaruh kelompok militar Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Namun, setelah itu kondisinya mungkin tidak kondusif.

"Karena saat ini masih level rekrutmen, Jadi saya kira sama lima tahun ke depan dampaknya belum nyata," kata Ridlwan saat berbincang dengan redaksi Tribunnews.com di Jakarta, Senin (23/3/2015) malam.

Berdasarkan pengamatannya, biasanya kelompok-kelompok seperti itu juga memiliki perhitungan tersendiri. Kapan waktunya rekrutmen, kapan waktunya melakukan aksi terbuka.

"Karena mereka juga punya ahli strategi, kapan waktunya terbuka pasti sudah ada perhitungannya," kata Peneliti Madya dari Kajian Stratejik Intelejen Universitas Indonesia itu.

Adapun cara rekrutmen anggota ISIS, ungkap Ridlwan, bila merujuk penelitian pihaknya, hampir sama dengan kelompok radikal lainnya. Namun, ISIS lebih segmented dalam meradar target calon anggotanya.

"Cara menarik anggota mereka itu seperti memetik buah. Terbagi kategori sudah matang, setengah matang, dan masih hijau," sambung dia.

Berita Rekomendasi

Kategori telah matang seperti orang-orang yang sudah memahami kelompok radikal dan atau pernah ikut berperang atau berjihad sebelumnya. Setengah matang adalah orang-orang yang baru belajar menjalankan ibadah, sementara masih hijau artinya belum mengetahui ilmu agama sama sekali.

"Nah, persentasinya sangat kecil mereka merekrut yang masih hijau. Bahkan hampir tak mungkin mereka mencari anggota di 'Sevel'," ujarnya.

Selain itu, kelompok ini menggunakan cara-cara pernikahan dalam merekrut anggotanya. "Remaja Muslim yang cukup baik, diberikan pemahaman hadis-hadis yang tak bisa dibantah. Kebanyakan mereka berangkat dengan hati, cuma sedikit karena ekonomi," imbuh Ridlwan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas