Anak Muda Rentan Terpengaruh Paham Radikal
Dipilih anak-anak muda karena labil dan masih mencari jati diri
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mantan anggota Jamaah Islamiyah, Abdul Rahman Ayub, bercerita mengenai aktivitasnya di organisasi islam radikal. Dia dikenalkan dengan organisasi tersebut saat bersekolah di kelas 1 STM pada tahun 1982.
Dia bertemu dengan ustadz Abu Bakar Baasyir dan ustadz Abdullah Sungkar untuk dibaiat menjadi anggota Negara Islam Indonesia (NII). Pada usia muda, dia mengaku masih sangat rentan dan mudah dipengaruhi oleh berbagai macam ajaran.
“Dipilih anak-anak muda karena labil dan masih mencari jati diri,” ujar Abdul Rahman ditemui seusai acara diskusi bertema Kontroversi Penutupan Situs Radikal Sensor Internet, Politik atau Perlindungan Publik di Kantor AJI, Jakarta, Minggu (5/4/2015).
Kemudian, selama mengikuti organisasi radikal tersebut, dia diberikan pemahaman bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara yang dihuni orang kafir, kecuali orang yang telah dibaiat masuk ke dalam NII atau JI.
Selama bergabung di organisasi tersebut, Abdul Rahman menerima pelatihan akademi militer. Ini dilakukan sebagai upaya untuk berperang melawan NKRI. Dia bergabung di organisasi radikal, yaitu NII dan JI sampai tahun 2004.
“Saya pernah mempunyai cita-cita memporak-porandakan NKRI. NKRI kafir, yang ada di dalam kecuali yang baiat dengan NII atau JI,” kata pria yang pernah ikut berperang di Afghanistan pada awal tahun 1990-an.
Selain tergabung di dalam organisasi radikal tersebut, Abdul Rahman mengaku pernah menjadi perekrut para anggota untuk bergabung di JI pada tahun 1997-2002. Dia melakukan kaderisasi di Australia.
Akhirnya pada tahun 2004, dia menerima hidayah dari Tuhan YME untuk kembali ke jalan yang benar. Saat ini, dia aktif di sejumlah kegiatan terutama untuk memberikan nasihat dan imbauan agar tidak bergabung dengan organisasi radikal.
“Ada hidayah dari Allah dan nasihat para ulama selama saya di Australia. Saya ke luar dari jaringan itu pada 2004. Saya diberitahu bahwa Indonesia jangan dikafirkan dan dizhalimi. Sewaktu ke luar, saya memberikan surat ke Abu Bakar Baasyir,” tambahnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.