Noviantika Nasution Lega Setelah Bertemu Megawati Soekarnoputri
Saya harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menyapa Ibu Mega.
Penulis: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Noviantika Nasution mengungkapkan rasa syukur dan kelegaan hatinya setelah bisa bertemu kembali secara langsung dengan Megawati Soekarnoputri.
Pertemuan di ajang Rakernas PAN dan juga Pelantikan DPP periode 2015-2020 itu membawa Noviantika dan Megawati pada situasi yang sulit dilukiskan.
“Saya salami Ibu Mega dan saya sapa, apa kabar Mbak? ujar mantan bendahara DPP PDIP 2000-2005 kepada wartawan, Senin (11/5/2015).
Novi, sapaan akrab putri politisi kawakan PDIP, Yahya Nasution ini sebelumnya tidak menyangka kalau dalam acara Rakernas dan pelantikan PAN itu Megawati bakal hadir. Karena itu dia menunggunya di tempat yang akan dilewati Megawati.
“Saya harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menyapa Ibu Mega. Saya ingin tunjukkan juga bahwa saya masih eksis di politik dan bahkan menjadi Ketua DPP PAN,” kata Novi.
Sejak aktif di politik awal 1990, Novi memang menjadi orang penting di PDIP. Jabatan terakhirnya sebagai bendahara membuktikan bahwa dia mampu mengelola keuangan partai dan menjadi orang yang dipercaya.
Namun sejarah perjalanan politiknya mengharuskan dirinya berpisah dan keluar dari ‘kandang banteng’ lalu mendirikan Partai Demokrasi Pembaruan bersama Roy BB Janis, Laksamana Sukardi, Sopaan Sophiaan dan senior PDIP lainnya. Kini, Novi merasa sudah mampu melewati berbagai cobaan dan rintangan berat.
“Tapi, semua cobaan itu berhasil saya lalui dan sekarang saya masih tegak berdiri di tengah gelombang besar yang tengah terjadi. PAN yang masih menyebarkan semangat reformasi menjadi plihan yang tepat dan saya sebagai salah satu ketua DPP akan berupa membesarkan partai ini,” kata Novi.
Dalam perbincangan santai dengan wartawan, Novi pun menyinggung pemerintahan Jokowi.
“Kita harus obyektif menilai Jokowi, dia presiden yang mau capek dan mau membangun, meski mungkin mentok sana mentok sini. Kita hargai keberaniannya membangun banyak fasilitas publik yang kini belum rampung,” katanya.
Namun, dia juga mengkritisi lemahnya pemerintahan, kinerja kabinet yang belum memuaskan, dan perlunya mengganti menteri yang tak becus mengurus kementeriannya.
Novi juga berbicara soal sistem pemilu yang bebas, murni berdasar suara terbanyak yang akhirnya hanya menjadi tangga bagi para selebritas dan pekerja partai tersingkir.
“Harus dipikirkan sistem yang pas, yang bisa mengakomodir kepentingan pemilu berdasar suara terbanyak dan pekerja partai yang serius yang bisa masuk Senayan dan mewarnai politik kita dengan baik,” kata Noviantika.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.