Pembangunan dan Teknologi Ramah Burung
Noni mengatakan kegiatan pada masing-masing lokasi antara lain pengamatan burung, fotografi satwa liar
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indonesia merayakan hari migrasi burung sedunia atau World Migratory Bird Day (WMBD) 2015 . Sebanyak 16 titik pengamatan tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara yang dikoordinir oleh gabungan kelompok pengamat burung, LSM, komunitas fotografer, lingkungan dan bikers, pencinta alam, dan pemerintah daerah. Tema yang diusung kali ini adalah “Energy - Make it Bird Friendly!”
Indonesia merupakan salah satu jalur burung migrasi pada jalur Asia Timur - Australasia dan banyak lokasi yang teridentifikasi saat burung singgah, seperti burung pemangsa, burung pantai, burung laut dan burung paserin dalam menghindari cuaca yang ekstrim di negara asalnya.
"Ancaman burung dalam perjalanan, seperti hilangnya habitat akibat pembangunan, teknologi energi belum banyak diketahui, sehingga Indonesia harus turut serta dalam kegiatan ini,” kata salah satu pendiri kelompok nirlaba Burung Nusantara Fransisca Noni dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Senin (11/5/2015).
Titik pengamatan dilakukan oleh berbagai kalangan pada beberapa wilayah di Indonesia. Pulau Sumatera meliputi Aceh oleh Aceh Birder, Padang oleh MZoologi UNAND, Jambi oleh Kerinci Birdwatching Club, Palembang oleh HMB dan Komunitas Universitas Sriwijaya, dan Bangka olehpengamat burung lokal.
Pulau Jawa meliputi Jakarta oleh Unas, UI, UIN, dan UNJ. Surabaya oleh Sayap Surabaya, Yogyakarta oleh PPBJ Jogja, Semarang oleh Pelatuk BSC UNNES, Solo oleh Kepak Sayap UNS, dan Purwokerto oleh Biodiversity Society.
Pulau Kalimantan meliputi Ketapang oleh KBK/BSYOK. Pulau Bali oleh Minpro Satwa Liar Rothschildi FKH, Universitas Udayana. Sedangkan Nusa Tenggara Barat oleh Sindikat Fotografer Wildlife Bima-Dompu. Dan Nusa Tenggara Timur oleh Kupang Birdwatcher Society.
Noni mengatakan kegiatan pada masing-masing lokasi antara lain pengamatan burung, fotografi satwa liar, ekowisata, pendidikan lingkungan yang melibatkan masyarakat dan instansi pemerintah. Kota Kupang misalnya melakukan kegiatan bersama instansi kehutanan. "Kupang adalah salah satu lokasi persinggahan burung pantai seperti Terik Australia, jenis gajahan, jenis cerek, trinil dan jenis biru laut. Oleh sebab itu tempat ini penting untuk tempat migrasi," kata panitia dari Kupang Birdwatcher Society di Nusa Tenggara Timur Oki Hidayat.
Dampak pembangunan dan teknologi pada masa kini dapat berakibat hilangnya habitat burung endemik Indonesia. Bahkan dapat menyebabkan tidak tersedianya ruang singgah bagi para burung pengembara. Hal tersebut dapat terlihat dari keberadaan burung yang berada di Hutan Lindung Angke Kapuk. Koordinator WMBD Jakarta Adam Komara Sudrajat ingin melihat bagaimana burung yang berada di Hutan Lindung Angke Kapuk berpengaruh terhadap pembangunan yang berada di sekitarnya.