Sopir Metromini Trauma Gara-gara Disergap Polisi
Dua orang sopir metromini, Afrizal (35) dan Andi (48) trauma ketika membawa rombongan penumpang, ternyata mau menyerang kantor DPP Partai Golkar.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua orang sopir metromini, Afrizal (35) dan Andi (48) terlunta-lunta di depan Mapolres Metro Jakarta Barat. Mereka harus menunggu Supri, kernet metromini.
Supri ditangkap bersama puluhan orang lainnya oleh pihak kepolisian atas dugaan hendak menyerang kantor DPP Partai Golkar di Jalan Anggrek Neli Murni Raya, Slipi, Jakarta, Senin (8/6/2015) sore.
"Kami tidak bisa pulang, kernet ditahan. Padahal, dia yang membawa uang buat setoran hari ini. Harusnya, kami mendapatkan uang Rp 550 ribu karena mengantar rombongan," ujar Afrizal ditemui Tribunnews.com di Mapolres Metro Jakarta Barat.
Afrizal dan Andi kaget sekitar 16 orang yang mereka bawa dari Muara Baru, Jakarta Utara, diamankan kepolisian. Mereka tak menyangka mengangkut rombongan yang membawa senjata tajam dan hendak menuju DPP Partai Golkar.
Ia menerima tawaran Andi untuk mengantarkan rombongan ke daerah Senayan. Afrizal mengaku rombongan itu mau berunjuk rasa. Afrizal mengantarkan rombongan menggunakan Metromini 84 nomor polisi B 7973 EF.
"Mereka katanya mau demo. Tapi, tidak tahu demo apa. Saya menarik Metromini 84 dari Muara Baru pukul 14.00 WIB sampai di tempat tujuan pukul 15.00 WIB," cerita Afrizal.
Muncul kecurigaan saat Afrizal melihat peserta demo tak membawa spanduk. Di perjalanan, Afrizal minta memacu mobil lurus ke ke arah Slipi Jaya, lalu ke Jalan Anggrek Nelly Murni Raya, kantor DPP Partai Golkar.
Saat metromini tersebut melintas di Jalan Anggrek Nelly Murni Raya, aparat kepolisian yang sedang bertugas di lokasi tersebut langsung menyergap. "Di depan kantor disuruh turun," kata dia.
Sementara itu, menurut Andi, aparat kepolisian juga mengamankan sebuah kopaja yang mengangkut puluhan orang. Ia membantah rombongan yang dibawanya membawa senjata tajam dan bakal menyerang kantor DPP Partai Golkar.
Setelah penyergapan itu, aparat kepolisian menggelandang sekitar 30 orang ke Mapolres Metro Jakarta Barat. Mereka diminta untuk bertelanjang dada saat masuk ke kantor polisi tersebut.
Peristiwa ini menimbulkan trauma bagi Andi. Sebab, ini merupakan pengalaman pertama dia berurusan dengan aparat kepolisian. Sebelumnya, dia hanya bertugas sebagai sopir pengantar jenazah.
"Ada-ada saja. Tahu begini tidak bakal saya narik. Saya tidak bisa pulang. Uang tarikan sama teman saya, Supri yang diamankan," kata dia.
Sampai saat ini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait penangkapan 30 orang yang diduga mau menyerang kantor DPP Partai Golkar tersebut.