Pengamat: Tantangan Kepala BIN yang Baru Semakin Berat
Pengamat intelijen, Susaningtyas Kertopati, mengatakan intelijen adalah mata dan telinga seorang presiden.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat intelijen, Susaningtyas Kertopati, mengatakan intelijen adalah mata dan telinga seorang presiden. Menurutnya, dibutuhkan sosok kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang cocok dengan presiden dan menjiwai visi dan misi yang diemban pemerintah.
Dirinya berharap, terpilihnya Sutiyoso sebagai calon tunggal kepala BIN dan apabila mampu lolos di fit and proper test oleh DPR dapat menjadikan lembaga intelijen itu tidak mundur dalam sistem peringatan dini.
"Pak Sutiyoso sendiri sudah lama tak berada dalam sistem, semoga saja dirinya masih memiliki kepekaan seorang perwira intel," kata Susaningtyas saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Minggu (21/6/2015).
Wanita yang akrab disapa Nuning itu menuturkan, Kepala BIN baru harus mampu memberikan penguatan dalam penanganan potensi gangguan serta ancaman faktual. Menurutnya, penanganan potensi gangguan nyata atau ambang gangguan harus benar-benar dilaksanakan secara serius dan profesional.
"Intelijen dalam lingkup BIN itu harus koordinatif dan solutif," tuturnya.
Menurut Nuning, penguatan kapasitas dan kapabilitas intelijen ke depan harus dilengkapi dengan pelatihan dan pendidikan. Pasalnya kian ke depan sistem keamanan dan pertahanan negara kian luas dan makin kompetitif.
"Jadi bukan semata hanya terkait soal intel intai dan tempur (taipur), tapi juga mengedepankan intel proxy dan juga cyber," tegasnya.
Masih kata Nuning, Kepala BIN ke depan tantangannya lebih berat. Karena menurutnya ancaman terorisme dan separatisme makin besar, apalagi dengan semakin terbukanya kita pada masuknya pengaruh asing melalui cyber.
"BIN ke depan semestinya bila kehadirannya dilibatkan akan berperan besar bagi revitalisasi nilai-nilai kebangsaan yang agak luntur saat ini. Utamanya di tengah generasi muda," tuturnya.