Jokowi Diingatkan Tak Tarik Chatib Basri ke Kabinet
-Presiden Jokowi kembali diingatkan untuk melalukan perombakan kabinet, terutama di bidang ekonomi yang tak juga kunjung membaik.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Presiden Jokowi kembali diingatkan untuk melalukan perombakan kabinet, terutama di bidang ekonomi yang tak juga kunjung membaik.
Nama M Chatib Basri kini mulai santer disebut agar masuk ke kabinet menjadi menteri keuangan. Chatib yang juga pernah menjadi menteri keuangan, digadang-gadang untuk masuk kabinet lagi demi perbaikan kinerja pemerintah saat ini di bidang ekonomi.
Namun, Presiden Jokowi diminta untuk tidak gegabah menarik Chatib masuk kabinet. Sebab, masuknya akademisi Universitas Indonesia (UI) itu ke kabinet dikhawatirkan akan menjauhkan kebijakan pemerintah dari cita-cita Trisakti dan Nawacita.
Menurut peneliti di lembaga Lingkar Study Perjuangan, Agus Priyanto, prestasi Dede -panggilan Chatib- saat jadi menteri keuangn di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebenarnya tak istimewa. Agus menilai Chatib memanjakan pasar daripada kepentingan rakyat luas.
"Chatib Basri yang sudah dikenal luas dengan pernyataannya tentang ‘kantongi nasionalismu’. Ini jelas-jelas akan bertentangan dengan cita-cita Trisakti dan Nawacita yang mengharapkan kehadiran peran negara di tengah-tengah rakyatnya,” ujar Agus, Senin (13/7/2015).
Ia menegaskan, Chatib yang pernah menjadi komisaris di Astra memiliki rekam jejak yang kontraproduktif bagi sektor transportasi publik ketika sebagai Menkeu menurunkan tarif impor komponen dan spareparts untuk industri mobil kutu atau LCGC (low cost green car).
Akibatnya, penjualan mobil kutu di dalam negeri melonjak dari nol menjadi 150.000 unit hanya untuk tahun 2014.
"Jadi bukan mencari jalan untuk mengembangkan transportasi publik, malah melakukan pengurangan pajak impor spareparts dan komponen mobil kutu yang membuat kota-kota besar di Indonesia tambah macet," ujarnya.
Di sisi lain, imbas kebijakan itu adalah melonjaknya impor komponen dan spareparts LCGC sehingga current account defisit makin besar. Chatib juga dituding meninggalkan quatro déficits yang terdiri dari defisit neraca perdagangan, defisit neraca pembayaran, defisit transaksi berjalan dan defisit APBN.
"Rupiah pun semakin rontok dan Chatib mewariskan masalah quatro deficits kepada Jokowi," kata Agus.
Agus juga mengingatkan Presiden Jokowi bahwa Chatib merupakan ekonom asli neoliberal yang membenci nasionalisme. Karenanya wajar bila muncul anggapan bahwa Chatib merupakan ekonom yang anti-Trisakti dan bahkan tak mau membela nasionalisme.
"Ataukah Jokowi akan mencari sosok alternatif yang memiliki keberpihakan nyata terhadap ekonomi kerakyatan dan memiliki track record bersih serta memiliki kemampuan dan jaringan luas di internasional untuk mengatasi potensi krisis yang berpengaruh dalan perekonomian nasional?" tutur Agus.
Ia menambahkan, usia pemerintahan saat ini sudah lebih 6 bulan. Kini, katanya, mayoritas rakyat juga sudah mulai mengerti dengan beberapa kebijakan Jokowi yang sangat mengecewakan.
"Jika Pak Jokowi tidak segera membenahi kabinet, kewibawaan pemerintahan dan kepercayaan rakyat secara perlahan namun pasti segera sirna," pungkasnya.