DPD Soroti Banyaknya Tenaga Kerja Tiongkok yang Masuk Indonesia
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi didorong untuk memperketat masuknya tenaga kerja asing di Indonesia.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi didorong untuk memperketat masuknya tenaga kerja asing di Indonesia. Apalagi kalau dilihat dari kapasitas dan kapabilitas, ternyata pekerja asing tersebut juga tidak mempunyai keahlian yang cukup baik.
Demikian disampaikan anggota DPD RI Nofi Candra terkait pemberitaan bahwa telah terjadi eksodus besar-besaran tenaga kerja Tiongkok ke Indonesia. Bahkan disebutkan tenaga kerja Tiongkok ini sudah banyak memulai aktivitas di Papua dan Banten, sehingga meresahkan masyarakat.
"Kementerian tenaga kerja harus memberikan sanksi tegas bahkan menutup perusahaan yang memperkejakan tenaga kerja asing yang tidak memenuhi standar sesuai regulasi yang ada," tegas senator asal Sumatera Barat ini dalam keterangannya, Minggu (26/7/2015).
Dia juga mengingatkan agar pemerintah menolak segala bentuk intervensi asing yang terselubung dalam bentuk investasi modal dan kerjasama dalam masalah ketenagakerjaan. Menurutnya, masalah ini merupakan bentuk kegagalan pemerintah dan dampak dari ketidakseriusan pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan bangsa.
"Kalau eksodus tenaga kerja ini dibiarkan saja tanpa ada perhatian serius dari pemerintah, tenaga kerja Indonesia akan terabaikan dan tingkat pengangguran akan semakin tinggi," kata Nofi yang bersama senator-senator muda lainnya menggagas Poros Senator Indonesia untuk memberikan pandangan-pandangan kritis yang membangun dalam pelbagai persoalan kebangsaan.
Karena itu, katanya menambahkan, pemerintah harus lebih memberdayakan serta mengoptimalkan sumber daya manusia Indonesia. Hal ini perlu dilakukan karena masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia karena tidak adanya perhatian yang serius dari pemerintah.
"Pemerintah harus lebih memperhatikan dan melakukan optimalisasi keterampilan tenaga kerja Indonesia agar bisa bersaing, apalagi dalam menghadapi MEA," imbuh Nofi.
"Karena momentum MEA yang semakin dekat harusnya bisa dijadikan peluang agar Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Kalau tenaga kerja Indonesia tidak diperhatikan, maka masyarakat Indonesia hanya akan menjadi partisipatoris pasif dalam menghadapi MEA," tandasnya.