Harga Daging Melonjak, DPR Curiga Permainan Mafia Sapi
"Mereka terpukul karena akan kehilangan potensi omset triliunan rupiah," kata Politikus Gerindra itu.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VI DPR Heri Gunawan menilai aneh terhadap kasus kenaikan harga daging sapi beberapa waktu terakhir ini. Menurut Laporan yang diterimanya, harga daging sapi di pasaran sudah menembus angka diatas Rp100 ribu per Kg. Kenaikan tertinggi dalam tiga dekade terakhir. Ini luar biasa.
"Anehnya lagi, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan Instansi terkait seperti Bulog terlihat sangat lamban melakukan intervensi harga. Padahal, regulasinya sudah jelas. Bahkan secara spesifik, dalam Perpres tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Penting (Bapokting), Menteri Perdagangan punya wewenang penuh untuk melakukan intervensi harga, terutama pada kondisi-kondisi tertentu dan luar biasa," ungkap Heri dalam keterangannya, Senin (10/8/2015).
Heri mengatakan saat ini sedang dilakukan pembatasan impor sapi. Hal itu menjadi wujud konkret perwujudan kedaulatan pangan. Pada kwartal III-2015, kata Heri, izin impor sapi yang sekarang ada di Kemendag hanya 50 ribu ekor. Angka itu menurun drastis dari dari kwartal sebelumnya yang mencapai 270 ribu ekor.
"Pembatasan impor tersebut membuat Mafia Sapi dan eksportir luar menjadi was-was. Mereka terpukul karena akan kehilangan potensi omset triliunan rupiah," kata Politikus Gerindra itu.
Ia menduga mafia sapi berupaya melakukan rekayasa agar pemerintah tetap impor. Sinyalemen rekayasa itu makin kuat. Mafia-mafia itu sedang berusaha memainkan harga hingga mencapai angka tertinggi seperti sekarang.
"Secara sengaja mereka mendistorsi pasokan. Targetnya jelas yakni menciptakan situasi yang seolah-olah situasi makin kritis, dan kemudian memaksa Kemendag, melakukan intervensi radikal impor," ujarnya.
Heri mengungkapkan rekayasa mafia terstruktur. Modusnya dari mulai memainkan harga beli sapi di peternak serendah mungkin, hanya berkisar Rp 25 - 30 ribu per kilo dan memotong sapi betina bunting untuk dijual di pasar. Peternak sapi tidak pilihan sama sekali selain menjual sapi mereka dengan harga yang murah.
"Lebih-lebih di saat musim kemarau seperti sekarang, di mana pakan ternak sulit didapat. Kenyataan di lapangan harga sapi di beberapa daerah masih murah bahkan peternak masih kesulitan jual sapi di pasar," katanya.
Ia pun meminta kementerian perdagangan lebih proaktif dan segera melakukan intervensi harga dengan menetapkan harga eceran tertinggi serta harga khusus terutama menjelang Idul Adha.
Selain itu,katanya, Kemendag harus lebih pro aktif berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan institusi terkait seperti Bulog untuk menjaga stabilitas pasokan dan pengamanan distribusi.
"Jangan sampai peternak-peternak itu terus menjual sapinya ke lingkaran mafia. Harus dipastikan juga sebisa mungkin peternak tidak menjual daging sapi dalam bentuk gelondongan kepada tengkulak. Tapi, dalam bentuk karkas (daging segar) secara langsung ke pasar," imbuhnya.